Iniliah Biografi Calon Pemimpin DKI Jakarta 2017-2022 yang Harus Diketahui. Sebarkan !! |
Biografi Anies Baswedan
Namanya sudah tidak asing lagi di Indonesia dan sudah sangat terkenal sebagai praktisi pendidikan serta mantan menteri pendidikan era presiden Joko Widodo. Anies Baswedan lahir dengan dengan nama lengkap Anies Rasyid Baswedan. Ia dilahirkan pada tanggal 7 Mei 1969 di Kuningan, provinsi Jawa Barat. Saat ini ia merupakan Menteri Pendidikan Nasional.
Anis Baswedan merupakan anak pertama dari pasangan Drs. Rasyid Baswedan, S.U. yang berkerja sebagai Dosen Fakultas Ekonomi di Universitas Islam Indonesia dan Prof. Dr. Aliyah Rasyid, M.Pd. yang berkerja sebagai Guru besar dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Negeri Yogyakarta), Anies Baswedan merupakan cucu dari Abdurrachman Baswedan (AR Baswedan), beliau merupakan salah seorang pejuang pergerakan nasional dan pernah menjadi Menteri Penerangan pada masa awal kemerdekaan Indonesia.
Sejak kecil Anies Baswedan telah akrab dengan dunia organisasi dan kepemimpinan. Ketika usianya baru 12 tahun, Anies membentuk kelompok anak-anak muda (7-15 tahun) kampungnya yang diberi nama 'Kelabang' (Klub Anak Berkembang), Mereka mengadakan berbagai kegiatan olahraga dan kesenian. Anies Baswedan memulai pendidikan formalnya menjelang usia lima tahun. Ia masuk ke sekolah TK Mesjid Syuhada di Kota Baru, Yogyakarta. Kemudian, memasuki usia enam tahun Anies dimasukkan ke SD Laboratori Yogyakarta. Anies melanjutkan masa SMP-nya di SMP Negeri 5 Yogyakarta.
Anies melanjutkan masa SMA-nya di SMAN 2 Yogyakarta. Ketika SMA, Anies pernah menjadi ketua OSIS se-Indonesia ketika ia mengikuti pelatihan kepemimpinan di Jakarta pada September 1985. Ia menjadi ketua untuk 300 delegasi SMA-SMA se-Indonesia. Saat itu Anies baru berada di kelas satu.
Kuliah di UGM dan Menyelesaikan Pendidikan Doktor di Amerika Serikat
Anis Baswedan merupakan anak pertama dari pasangan Drs. Rasyid Baswedan, S.U. yang berkerja sebagai Dosen Fakultas Ekonomi di Universitas Islam Indonesia dan Prof. Dr. Aliyah Rasyid, M.Pd. yang berkerja sebagai Guru besar dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Negeri Yogyakarta), Anies Baswedan merupakan cucu dari Abdurrachman Baswedan (AR Baswedan), beliau merupakan salah seorang pejuang pergerakan nasional dan pernah menjadi Menteri Penerangan pada masa awal kemerdekaan Indonesia.
Sejak kecil Anies Baswedan telah akrab dengan dunia organisasi dan kepemimpinan. Ketika usianya baru 12 tahun, Anies membentuk kelompok anak-anak muda (7-15 tahun) kampungnya yang diberi nama 'Kelabang' (Klub Anak Berkembang), Mereka mengadakan berbagai kegiatan olahraga dan kesenian. Anies Baswedan memulai pendidikan formalnya menjelang usia lima tahun. Ia masuk ke sekolah TK Mesjid Syuhada di Kota Baru, Yogyakarta. Kemudian, memasuki usia enam tahun Anies dimasukkan ke SD Laboratori Yogyakarta. Anies melanjutkan masa SMP-nya di SMP Negeri 5 Yogyakarta.
Anies melanjutkan masa SMA-nya di SMAN 2 Yogyakarta. Ketika SMA, Anies pernah menjadi ketua OSIS se-Indonesia ketika ia mengikuti pelatihan kepemimpinan di Jakarta pada September 1985. Ia menjadi ketua untuk 300 delegasi SMA-SMA se-Indonesia. Saat itu Anies baru berada di kelas satu.
Kuliah di UGM dan Menyelesaikan Pendidikan Doktor di Amerika Serikat
Anies menjalani masa SMA selama 4 tahun pada 1985-1989 karena terpilih sebagai peserta dalam program AFS. Anies mengikuti program pertukaran pelajar AFS Intercultural Programs, yang di Indonesia diselenggarakan oleh Bina Antarbudaya, selama satu tahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat (1987-1988).
Ia kemudian melanjutkan kuliahnya di Universitas Gajah Mada di Fakultas Ekonomi. Semasa kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) (1989-1995), Anies Baswedan aktif di gerakan mahasiswa seperti di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM. Sewaktu menjadi mahasiswa UGM, dia mendapatkan beasiswa Japan Airlines Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas bidang Asian Studies di Universitas Sophia di Tokyo, Jepang. Setelah lulus kuliah di UGM pada 1995, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di UGM.
Kemudian, Anies mendapatkan beasiswa Fulbright untuk pendidikan Master Bidang International Security and Economic Policy di Universitas Maryland, College Park. Sewaktu kuliah, dia dianugerahi William P. Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship, dan ASEAN Student Award.
Pada 2005, Anies menjadi peserta Gerald Maryanov Fellow di Departemen Ilmu Politik di Universitas Northern Illinois sehingga dapat menyelesaikan disertasinya tentang "Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia". Ketika berada di Amerika Serikat, Anies aktif di dunia akademik dengan menulis sejumlah artikel dan menjadi pembicara dalam berbagai konferensi. Ia banyak menulis artikel mengenai desentralisasi, demokrasi, dan politik Islam di Indonesia.
Artikel jurnalnya yang berjudul "Political Islam: Present and Future Trajectory" dimuat di Asian Survey, sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Universitas California. Sementara, artikel Indonesian Politics in 2007: The Presidency, Local Elections and The Future of Democracy diterbitkan oleh BIES, Australian National University. Sepulang ke Indonesia, Anies bekerja sebagai National Advisor bidang desentralisasi dan otonomi daerah di Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, Jakarta (2006-2007). Selain itu pernah juga menjadi peneliti utama di Lembaga Survei Indonesia (2005-2007).
Anies Baswedan Menjadi Rektor Universitas Paramadina
Ia kemudian melanjutkan kuliahnya di Universitas Gajah Mada di Fakultas Ekonomi. Semasa kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) (1989-1995), Anies Baswedan aktif di gerakan mahasiswa seperti di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM. Sewaktu menjadi mahasiswa UGM, dia mendapatkan beasiswa Japan Airlines Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas bidang Asian Studies di Universitas Sophia di Tokyo, Jepang. Setelah lulus kuliah di UGM pada 1995, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di UGM.
Kemudian, Anies mendapatkan beasiswa Fulbright untuk pendidikan Master Bidang International Security and Economic Policy di Universitas Maryland, College Park. Sewaktu kuliah, dia dianugerahi William P. Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship, dan ASEAN Student Award.
Pada 2005, Anies menjadi peserta Gerald Maryanov Fellow di Departemen Ilmu Politik di Universitas Northern Illinois sehingga dapat menyelesaikan disertasinya tentang "Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia". Ketika berada di Amerika Serikat, Anies aktif di dunia akademik dengan menulis sejumlah artikel dan menjadi pembicara dalam berbagai konferensi. Ia banyak menulis artikel mengenai desentralisasi, demokrasi, dan politik Islam di Indonesia.
Artikel jurnalnya yang berjudul "Political Islam: Present and Future Trajectory" dimuat di Asian Survey, sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Universitas California. Sementara, artikel Indonesian Politics in 2007: The Presidency, Local Elections and The Future of Democracy diterbitkan oleh BIES, Australian National University. Sepulang ke Indonesia, Anies bekerja sebagai National Advisor bidang desentralisasi dan otonomi daerah di Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, Jakarta (2006-2007). Selain itu pernah juga menjadi peneliti utama di Lembaga Survei Indonesia (2005-2007).
Anies Baswedan Menjadi Rektor Universitas Paramadina
Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan dilantik menjadi rektor Universitas Paramadina. Anies menjadi rektor menggantikan posisi yang dulu ditempati oleh cendekiawan dan intelektual Muslim, Nurcholish Madjid, yang juga merupakan pendiri universitas tersebut. Saat itu ia baru berusia 38 tahun dan menjadi rektor termuda di Indonesia. Majalah Foreign Policy memasukan Anies dalam daftar 100 Intelektual Publik Dunia.
Pada 2008, Ia merintis Program Beasiswa di Universitas Paramadina bernama Paramadina Fellowship. Program ini mengadopsi konsep yang biasa digunakan di universitas-universitas di Amerika Utara dan Eropa dengan menyematkan nama sponsor sebagai predikat penerima beasiswa. Jika mahasiswa A mendapat beasiswa dari institusi B, yang memang menjadi salah satu sponsor, di belakang nama mahasiswa dicantumkan nama sponsor, menjadi A, Paramadina, Institusi B Fellow.
Prestasi dan Penghargaan Anies Baswedan
Nama Anies Baswedan tercantum sebagai satu-satunya orang Indonesia yang masuk pada daftar yang dirilis majalah tersebut pada edisi April 2008. Anies berada pada jajaran nama-nama tokoh dunia antara lain tokoh perdamaian, Noam Chomsky, para penerima penghargaan Nobel, seperti Shirin Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus, dan Amartya Sen, serta Vaclav Havel, filsuf, negarawan, sastrawan, dan ikon demokrasi dari Ceko. Sementara, World Economic Forum, berpusat di Davos, memilih Anies sebagai salah satu Young Global Leaders (Februari 2009).
Majalah bulanan berbahasa Jepang itu menilai bahwa Anies adalah tokoh yang merupakan salah satu calon pemimpin Indonesia masa mendatang. Pada Pemilu 2009, Anies menjadi moderator dalam acara debat calon presiden 2009. Pada akhir 2009, Anies dipilih oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi anggota Tim-8 dalam kasus sangkaan pidana terhadap pimpinan KPK yaitu Bibit dan Chandra. Anies, yang bukan berlatar belakang hukum, dipilih menjadi Juru Bicara Tim-8.
Kemudian, pada April 2010, Anies Baswedan terpilih sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi majalah Foresight yang terbit di Jepang akhir April (2010). Dalam edisikhusus yang berjudul “20 Orang 20 Tahun”, Majalah Foresight menampilkan 20 tokoh yang diperkirakan skan menjadi perhatian dunia. Mereka akan berperan dalam perubahan dunia dua dekade mendatang.
Nama Anies disematkan bersama 19 tokoh dunia lain seperti Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Presiden Venezuela Hugo Chavez, Menlu Inggris David Miliband, anggota Parlemen dan Sekjen Indian National CongressIndia Rahul Gandhi, serta politisi muda Partai Republik dan anggota House of Representative AS, Paul Ryan.
Penyampaiannya yang sistematis, tenang dan obyektif dianggap turut membantu menjernihkan suasana dalam suhu politik yang agak memanas pada masa itu (Tim-8 bekerja non-stop selama 2 minggu di bulan November 2009). Anies adalah seorang muslim moderat yang sampai saat ini tetap konsisten pada pendiriannya untuk tidak memihak pada kekuatan (politik) tertentu.
Memasuki tahun 2013, Anie Baswedan resmi terjun ke dunia politik setelah lama bergelut di dunia pendidikan dan sosial. Ia kemudian menjadi peserta konvensi capres dari partai demokrat. Namun tahun 2014, Anies kemudian resmi bergabung dalam tim pemenangan Capres Jokowi - Jusuf Kalla dimana posisinya ketika itu sebagai Juru Bicara dari pasangan Capres dan Cawapres Jokowi -JK.
Menjadi Menteri Pendidikan Republik Indonesia
Kemudian setelah Jokowi - Jusuf Kalla ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia tahun 2014, Jokowi kemudian menunjuk Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketika memimpin kementrian pendidikan, Anies Baswedan kemudian merombak organisasi di lingkup kementrian pendidikan seperti Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dipisahkan, dan digabung dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Selain itu ia juga melakukan Pembenahan pada seleksi terbuka kemendikbud kemudian melakukan distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP), membuat program sekolah aman serta mengimbau para orangtua mengantar anaknya sekolah pada tahun ajaran baru. Anies juga menerapkan kurikulum pendidikan terbaru serta menyebarkan guru berkualitas di agar merata di semua wilayah serta melakukan hingga reformasi ujian nasional.
Banyak prestasi yang dibuat oleh Anies Baswedan ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan di era pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla, Anie Baswedan menjabat sebagai menteri pendidikan dari tahun 2014 hingga pertengahan tahun 2016. Setelah itu ia kemudian digantikan oleh Muhadjir Effendy.
Setelah tidak menjabat sebagai menteri pendidikan, Anies Baswedan kemudian diusung oleh partai Gerindra untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Sandiaga Uno sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta.
Anies Baswedan menikah dengan Fery Farhati Ganis, S.Psi., M.Sc. dan dikaruniai empat anak: Mutiara Annisa (sulung), Mikail Azizi (kedua), Kaisar Hakam (ketiga), dan Ismail Hakim (bungsu). Kediaman Anis Baswedan bertempat tinggal di daerah Lebak Bulus di Jakarta.
Nama Anies disematkan bersama 19 tokoh dunia lain seperti Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Presiden Venezuela Hugo Chavez, Menlu Inggris David Miliband, anggota Parlemen dan Sekjen Indian National CongressIndia Rahul Gandhi, serta politisi muda Partai Republik dan anggota House of Representative AS, Paul Ryan.
Penyampaiannya yang sistematis, tenang dan obyektif dianggap turut membantu menjernihkan suasana dalam suhu politik yang agak memanas pada masa itu (Tim-8 bekerja non-stop selama 2 minggu di bulan November 2009). Anies adalah seorang muslim moderat yang sampai saat ini tetap konsisten pada pendiriannya untuk tidak memihak pada kekuatan (politik) tertentu.
Memasuki tahun 2013, Anie Baswedan resmi terjun ke dunia politik setelah lama bergelut di dunia pendidikan dan sosial. Ia kemudian menjadi peserta konvensi capres dari partai demokrat. Namun tahun 2014, Anies kemudian resmi bergabung dalam tim pemenangan Capres Jokowi - Jusuf Kalla dimana posisinya ketika itu sebagai Juru Bicara dari pasangan Capres dan Cawapres Jokowi -JK.
Menjadi Menteri Pendidikan Republik Indonesia
Kemudian setelah Jokowi - Jusuf Kalla ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia tahun 2014, Jokowi kemudian menunjuk Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketika memimpin kementrian pendidikan, Anies Baswedan kemudian merombak organisasi di lingkup kementrian pendidikan seperti Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dipisahkan, dan digabung dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Selain itu ia juga melakukan Pembenahan pada seleksi terbuka kemendikbud kemudian melakukan distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP), membuat program sekolah aman serta mengimbau para orangtua mengantar anaknya sekolah pada tahun ajaran baru. Anies juga menerapkan kurikulum pendidikan terbaru serta menyebarkan guru berkualitas di agar merata di semua wilayah serta melakukan hingga reformasi ujian nasional.
Banyak prestasi yang dibuat oleh Anies Baswedan ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan di era pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla, Anie Baswedan menjabat sebagai menteri pendidikan dari tahun 2014 hingga pertengahan tahun 2016. Setelah itu ia kemudian digantikan oleh Muhadjir Effendy.
Setelah tidak menjabat sebagai menteri pendidikan, Anies Baswedan kemudian diusung oleh partai Gerindra untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Sandiaga Uno sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta.
Anies Baswedan menikah dengan Fery Farhati Ganis, S.Psi., M.Sc. dan dikaruniai empat anak: Mutiara Annisa (sulung), Mikail Azizi (kedua), Kaisar Hakam (ketiga), dan Ismail Hakim (bungsu). Kediaman Anis Baswedan bertempat tinggal di daerah Lebak Bulus di Jakarta.
Biografi Sandiaga Uno
Tokoh satu ini dikenal sebagai salah satu pengusaha Indonesia yang sangat sukses, beliau kerap menjadi pembicara utama di berbagai seminar-seminar kewirausahaan atau enterpreneurship. Pria yang bernama lengkap Sandiaga Salahudin Uno ini lahir di Rumbai, Pekanbaru, Riau pada tanggal 28 Juni 1969. Dia merupakan anak dari Sandiaga Kosastra. Saat ini, Total kekayaan Sandiaga Uno diperkirakan sebesar $795 juta dan termasuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia.
Mengenai kehidupannya, Sandiaga Uno merupakan orang yang cerdas, hal ini terbukti ketika ia kuliah di Wichita State University di Kansas, Amerika, ia berhasil lulus dengan predikat Summa Cum Laude. Selepas lulus dari Wichita State University, ia kemudian bekerja di Bank Summa milik William Soeryadjaya.
Karena kinerjanya yang cukup bagus di perusahaan, setahun kemudian ia menerima beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di George Washington University, Amerika Serikat. Ia menamatkan kuliahnya dengan meraih IPK sempurna 4.00 yang merupakan sebuah prestasi yang membanggakan.
Kemudian pada tahun 1993, ia bekerja di Singapura dan memilih bergabung dengan perusahaan Investasi bernama Seapower Asia Investment Limited sebagai manager Investasi. Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 1995, ia kemudian pindah ke Kanada dan bekerja di perusahaan bernama NTI Resources Ltd dengan posisi sebagai Executive Vice President NTI Resources Ltd.
Gajinya ketika itu sebesar 8.000 Dollar perbulan. Namun seperti kata pepatah "Roda Kehidupan selalu berputar". Badai krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997, mengakibatkan perusahaannya juga terkena imbasnya. Perusahaannya kemudian bangkrut dan mulai melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) termasuk pada dirinya.
Jadi Pengusaha Karena 'Kecelakaan'
Sandiaga Uno akhirnya memilih untuk kembali ke Indonesia dan memulai usaha baru. Meskipun statusnya ketika itu sebagai pengangguran. Langkah pertama yang dilakukannya ketkika di Indonesia adalah mencari pekerjaan baru tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan, lamaran pekerjaanya bahkan di tolak oleh 25 perusahaan. Pengalaman memang mengajarkan segalanya. Hal inilah yang kemudian menjadi titik balik dari seorang Sandiaga Uno, ia kemudian merubah mindsetnya dari karyawan menjadi seorang pengusaha.
Mengenai kehidupannya, Sandiaga Uno merupakan orang yang cerdas, hal ini terbukti ketika ia kuliah di Wichita State University di Kansas, Amerika, ia berhasil lulus dengan predikat Summa Cum Laude. Selepas lulus dari Wichita State University, ia kemudian bekerja di Bank Summa milik William Soeryadjaya.
Karena kinerjanya yang cukup bagus di perusahaan, setahun kemudian ia menerima beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di George Washington University, Amerika Serikat. Ia menamatkan kuliahnya dengan meraih IPK sempurna 4.00 yang merupakan sebuah prestasi yang membanggakan.
Kemudian pada tahun 1993, ia bekerja di Singapura dan memilih bergabung dengan perusahaan Investasi bernama Seapower Asia Investment Limited sebagai manager Investasi. Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 1995, ia kemudian pindah ke Kanada dan bekerja di perusahaan bernama NTI Resources Ltd dengan posisi sebagai Executive Vice President NTI Resources Ltd.
Gajinya ketika itu sebesar 8.000 Dollar perbulan. Namun seperti kata pepatah "Roda Kehidupan selalu berputar". Badai krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997, mengakibatkan perusahaannya juga terkena imbasnya. Perusahaannya kemudian bangkrut dan mulai melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) termasuk pada dirinya.
Jadi Pengusaha Karena 'Kecelakaan'
Sandiaga Uno akhirnya memilih untuk kembali ke Indonesia dan memulai usaha baru. Meskipun statusnya ketika itu sebagai pengangguran. Langkah pertama yang dilakukannya ketkika di Indonesia adalah mencari pekerjaan baru tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan, lamaran pekerjaanya bahkan di tolak oleh 25 perusahaan. Pengalaman memang mengajarkan segalanya. Hal inilah yang kemudian menjadi titik balik dari seorang Sandiaga Uno, ia kemudian merubah mindsetnya dari karyawan menjadi seorang pengusaha.
Saya ini menjadi seorang pengusaha karena 'kecelakaan'. Sebagai seorang pengusaha yang lahir dari kecelakaan, saya tidak mendesain jadi seorang pengusaha.. ujar Sandiaga Uno.Pengalaman yang diterimanya kemudian ia coba pergunakan dengan mencoba membuat perusahaan bernama PT Recapital Advisors pada tahun 1997 yang bergerak di bidang jasa konsultan keuangan. Perusahaan tersebut ia dirikan bersama dengan teman SMA nya yang bernama Rosan Perkasa Roeslani. Namun tidak semuanya yang diharapkan selalu berjalan mulus, banyak calon klien memandang sebelah mata kemampuan dari Sandiaga Uno. Hingga akhirnya 6 bulan kemudian setelah perusahaan tersebut didirikan ada perusahaan yang akhirnya menggunakan jasanya.
Setahun kemudian tepatnya pada tahun 1998, ia bersama Edwin Soeryadjaya kemudian mendirikan perusahaan Investasi bernama PT Saratoga Investama Sedaya, berbekal jaringan (network) yang baik dengan perusahaan ataupun lembaga-lembaga keuangan yang ada didalam negeri maupun luar negeri, perusahaan yang didirikan oleh Sandiaga Uno kemudian akhirnya sukses. Perusahaan investasinya bergerak di bidang telekomunikasi, pertambangan dan produk kehutanan.
Sistem perusahaannya ialah mengumpulkan modal dari beberapa investor kemudian mengakuisisi perusahaan yang memiliki masalah keuangan kemudian memperbaiki kinerja perusahaan tersebut, setelah kinerja perusahaan tersebut sudah terlihat cukup baik, kemudian perusahaan tersebut dijual kembali tentu dengan harga yang lebih tinggi. Salah satu perusahaan yang pernah ia akuisisi adalah Bank BTPN.
Saat ini ia menjabat sebagai CEO atau pimpinan di beberapa perusahaan besar seperti Saratoga Capital, PT Tower Bersama Infrastruktur Group Tbk, PT Adaro Energy Tbk, serta di PT Recapital Advisor. Majalah Forbes memasukkkan namanya kedalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan sebesar US$ 400 juta dan berada diperingkat 29.
Perusahaan investasinya yaitu Saratoga Capital dikenal sebagai firma investasi terbesar di Indonesia yang memiliki karyawan sebesar 20 ribu orang. Namun pada tanggal 10 Juni 2015, ia resmi mengudurkan diri sebagai Direktur Utama di PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, posisinya digantikan oleh Michael Soeryadjaya yang merupakan cucu dari William Soeryadjaya, Pendiri PT Astra International.
Saat ini, Sandiaga Uno menjabat sebagai Komite Ekonomi Nasional dan bendahara Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia. Ia juga aktif sebagai pembicara utama di berbagai seminar kewirausahaan, menurutnya keberanian serta optimisme adalah kunci pembuka jalan untuk meraih kesuksesan masa depan.
Selain itu menurutnya jejaring relasi menyumbang 30 persen kesuksesan selebihnya berasal dari kerja keras dan juga menjadi kepercayaan. Saat ini Sandiaga Uno ramai menjadi perbincangan masyarakat di Jakarta ketika ia memilih terjun ke dunia politik dan maju sebagai kandidat wakil ubernur DKI Jakarta yang diusung oleh partai Gerindra bersama dengan Anies Baswedan sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.
Mengenai keluarga, Sandiaga Uno menikah dengan Nur Asia dan dikaruniai dua orang bernama Amyra Atheefa Uno dan Anneesha Atheera Uno. Beliau memiliki twitter @sandiuno Demikian Biografi Sandiaga Uno, semoga dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca.
Perusahaan investasinya yaitu Saratoga Capital dikenal sebagai firma investasi terbesar di Indonesia yang memiliki karyawan sebesar 20 ribu orang. Namun pada tanggal 10 Juni 2015, ia resmi mengudurkan diri sebagai Direktur Utama di PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, posisinya digantikan oleh Michael Soeryadjaya yang merupakan cucu dari William Soeryadjaya, Pendiri PT Astra International.
Saat ini, Sandiaga Uno menjabat sebagai Komite Ekonomi Nasional dan bendahara Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia. Ia juga aktif sebagai pembicara utama di berbagai seminar kewirausahaan, menurutnya keberanian serta optimisme adalah kunci pembuka jalan untuk meraih kesuksesan masa depan.
Selain itu menurutnya jejaring relasi menyumbang 30 persen kesuksesan selebihnya berasal dari kerja keras dan juga menjadi kepercayaan. Saat ini Sandiaga Uno ramai menjadi perbincangan masyarakat di Jakarta ketika ia memilih terjun ke dunia politik dan maju sebagai kandidat wakil ubernur DKI Jakarta yang diusung oleh partai Gerindra bersama dengan Anies Baswedan sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.
Mengenai keluarga, Sandiaga Uno menikah dengan Nur Asia dan dikaruniai dua orang bernama Amyra Atheefa Uno dan Anneesha Atheera Uno. Beliau memiliki twitter @sandiuno Demikian Biografi Sandiaga Uno, semoga dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca.
Biografi dan Profil Ahok
Tokoh satu ini dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang keras dan tegas, ia juga terkenal dengan gaya bicara yang blak-blakan ketika di wawancarai oleh wartawan atau media.
Mengenai biografi dan profil dari Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama sendiri, beliau lahir dari keluarga keturunan Tionghoa. Ia lahir pada tanggal 29 Juni 1966 di Manggar, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung.
Ayahnya bernama Nama panggilan 'Ahok' diberikan oleh Ayahnya bernama Indra Tjahaja Purnaman dan ibunya bernama Buniarti Ningsing.
Basuki Tjahaja Purnama merupakan anak sulung dari empat orang bersaudara. Ia memiliki tiga orang adik yang bernama Basuri Tjahaja Purnama, Fifi Lety, Harry Basuki.
Nama panggilan 'Ahok' diberikan oleh Ayahnya. Namun pada awalnya ayahnya memeberikan nama panggilan 'Banhok' yang artinya 'Belajar Disegala Bidang'. Namun lama-kelamaan, Basuki Tjahaja Purnama akhirnya lebih akrab disapa dengan nama panggilan Ahok.
Masa Kecil Ahok
Masa kecil Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagian besar ia habiskan di kampung halamannya di Belitung Timur desa Gantung tempat 'Laskar Pelangi' yang terkenal. Beliau bersekolah SD dan SMP di Desa Gantung, yaitu SD Negeri III Gantung, Belitung Timur dan tamat pada tahun 1977 kemudian SMP di SMP Negeri I Gantung, Belitung Timur dan selesai pada tahun 1981.
Tamat dari SMP di Belitung Timur kemudian membuat orang tua Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama memlih menyekolahkan anaknya di Jakarta. Di Jakarta, Ahok kemudian bersekolah di SMAK III PSKD, Jakarta. Ia dititipkan di rumah seorang wanita asal Bugis yang beragama Islam bernama Misribu Andi Baso Amier binti Acca.
Tamat dari SMAK III PSKD pada tahun 1984, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kemudian studinya di perguruan tinggi dengan memilih jurusan Teknik Geologi, Universitas Trisakti dan selesai pada tahun 1989.
Selesai menempuh pendidikannya di Jakarta, ia kemudian kembali ke kampung ,halamannya dan kemudian memulai usaha dengan mendirikan perusahaan bernama CV Panda yang bergerak dibidang kontraktor pertambangan untuk PT Timah yang terkenal di Belitung Timur.
Namun dua tahun Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama bergelut dalam dunia kontraktor pertambangan namun ia menyadari masih memiliki banyak kekurangan dalam merintis usahanya dan kurangnya modal serta manajemen yang baik terhadap perusahaannya.
Akhirnya ia kemudian memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya dengan mengambil program master manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta tahun 1992. Ia kemudian selesai pada tahun 1994 dengan gelar Master Bussiness Administrasi (MBA).
Mengenai biografi dan profil dari Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama sendiri, beliau lahir dari keluarga keturunan Tionghoa. Ia lahir pada tanggal 29 Juni 1966 di Manggar, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung.
Ayahnya bernama Nama panggilan 'Ahok' diberikan oleh Ayahnya bernama Indra Tjahaja Purnaman dan ibunya bernama Buniarti Ningsing.
Basuki Tjahaja Purnama merupakan anak sulung dari empat orang bersaudara. Ia memiliki tiga orang adik yang bernama Basuri Tjahaja Purnama, Fifi Lety, Harry Basuki.
Nama panggilan 'Ahok' diberikan oleh Ayahnya. Namun pada awalnya ayahnya memeberikan nama panggilan 'Banhok' yang artinya 'Belajar Disegala Bidang'. Namun lama-kelamaan, Basuki Tjahaja Purnama akhirnya lebih akrab disapa dengan nama panggilan Ahok.
Masa Kecil Ahok
Masa kecil Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagian besar ia habiskan di kampung halamannya di Belitung Timur desa Gantung tempat 'Laskar Pelangi' yang terkenal. Beliau bersekolah SD dan SMP di Desa Gantung, yaitu SD Negeri III Gantung, Belitung Timur dan tamat pada tahun 1977 kemudian SMP di SMP Negeri I Gantung, Belitung Timur dan selesai pada tahun 1981.
Tamat dari SMP di Belitung Timur kemudian membuat orang tua Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama memlih menyekolahkan anaknya di Jakarta. Di Jakarta, Ahok kemudian bersekolah di SMAK III PSKD, Jakarta. Ia dititipkan di rumah seorang wanita asal Bugis yang beragama Islam bernama Misribu Andi Baso Amier binti Acca.
Tamat dari SMAK III PSKD pada tahun 1984, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kemudian studinya di perguruan tinggi dengan memilih jurusan Teknik Geologi, Universitas Trisakti dan selesai pada tahun 1989.
Selesai menempuh pendidikannya di Jakarta, ia kemudian kembali ke kampung ,halamannya dan kemudian memulai usaha dengan mendirikan perusahaan bernama CV Panda yang bergerak dibidang kontraktor pertambangan untuk PT Timah yang terkenal di Belitung Timur.
Namun dua tahun Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama bergelut dalam dunia kontraktor pertambangan namun ia menyadari masih memiliki banyak kekurangan dalam merintis usahanya dan kurangnya modal serta manajemen yang baik terhadap perusahaannya.
Akhirnya ia kemudian memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya dengan mengambil program master manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta tahun 1992. Ia kemudian selesai pada tahun 1994 dengan gelar Master Bussiness Administrasi (MBA).
Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kemudian memilih untuk bekerja di Jakarta. Ia kemudian di terima bekerja di PT Simaxindo Primadaya di Jakarta yang bergerak dalam bidang kontraktor listrik.
Di perusahaan tersebut, ia bekerja sebagai staf direksi bagian analisa biaya dan keuangan proyek. Bekerja di Jakarta untuk mengumpulkan pengalaman sebelum kembali lagi ke kampung halamannya di Belitung Timur.
Di Jakarta, ia bekerja sampai tahun 1995 dan kemudian kembali ke kampung halamannya.
Di Belitung Timur, ia sempat mendirikan perusahaan bernama PT Nurindra Ekapersada yang kemudian pada tahun 1995 berhasil membangun sebuah pabrik pengolahan pasir bernama pabrik Gravel Pack Sand (GPS).
Pabrik pengolahan pasir milik Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama ini menggunakan teknologi dari Jerman dan Amerika pertama kali di Belitung dan harapannya pabrik tersebut menjadi cikal bakal berdirinya sebuah kawasan industri dan juga pelabuhan yang kemudian dikenal dengan nama KIAK (Kawasan Industri Air Kelik).
Namun pabrik tersebut beroperasi sangat singkat dan ditutup pada tahun 1995 karena berseberangan dengan pemerintah setempat dan juga adanya politik serta birokrasi yang korup seperti yang ditulis dalam biografi ahok di situsnya ahok.org.
Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kemudian sempat berpikir untuk memilih keluar negeri karena frustasi akan usahanya yang sering ditekan oleh pemerintah. Namun hal tersebut dicegah oleh ayahnya yaitu Indra Tjahaja Purnama. Ayahnya lebih mengajurkan Ahok untuk tetap dikampung halamannya dan membangun kampung halamannya tersebut.
Pada bulan September tahun 1997, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama menikah dengan Veronica Tan dan kemudian dari hasil pernikahannya tersebut ia dikaruniai tiga orang anak bernama Nicholas Sean, Nathania, Daud Albeenner.
Terjun Ke Dunia Politik, Dari Anggota DPRD Hingga Bupati Belitung Timur
Tahun 2003, ahok atau Basuki Tjahaja Purnama memilih untuk mencoba terjun ke dunia politik di Belitung Timur.
Bermodal dukungan dari masyarkat kabupaten Belitung Timur, ia kemudian mencoba untuk mendaftar sebagai calon legislatif atau anggota DRPD di Belitung Timur sebagai wakil dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) pada tahun 2004.
Mendapat dukungan suara yang banyak akhirnya Ahok berhasil terpilih sebagai anggota legislatif (DPRD) di kabupaten Belitung Timur dengan masa jabatan 2004-2009.
Tidak seperti kebanyakan anggota DPRD yang menurutnya terbiasa 'mangkir' dari jabatannya. Ahok benar-benar melaksanakan jabatan kewajibannya sebagain anggota DPRD dengan turun langsung mendengar aspirasi dari masyarakat kabupaten Belitung Timur.
Selama tujuh bulan mengumpulkan aspirasi dan dukungan dari masyarakat, akhirnya Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama mencoba untuk mendaftarkan diri sebagai calon Bupati Belitung Timur. Cara kampanye yang dilakukan oleh Ahok
Di perusahaan tersebut, ia bekerja sebagai staf direksi bagian analisa biaya dan keuangan proyek. Bekerja di Jakarta untuk mengumpulkan pengalaman sebelum kembali lagi ke kampung halamannya di Belitung Timur.
Di Jakarta, ia bekerja sampai tahun 1995 dan kemudian kembali ke kampung halamannya.
Di Belitung Timur, ia sempat mendirikan perusahaan bernama PT Nurindra Ekapersada yang kemudian pada tahun 1995 berhasil membangun sebuah pabrik pengolahan pasir bernama pabrik Gravel Pack Sand (GPS).
Pabrik pengolahan pasir milik Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama ini menggunakan teknologi dari Jerman dan Amerika pertama kali di Belitung dan harapannya pabrik tersebut menjadi cikal bakal berdirinya sebuah kawasan industri dan juga pelabuhan yang kemudian dikenal dengan nama KIAK (Kawasan Industri Air Kelik).
Namun pabrik tersebut beroperasi sangat singkat dan ditutup pada tahun 1995 karena berseberangan dengan pemerintah setempat dan juga adanya politik serta birokrasi yang korup seperti yang ditulis dalam biografi ahok di situsnya ahok.org.
Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kemudian sempat berpikir untuk memilih keluar negeri karena frustasi akan usahanya yang sering ditekan oleh pemerintah. Namun hal tersebut dicegah oleh ayahnya yaitu Indra Tjahaja Purnama. Ayahnya lebih mengajurkan Ahok untuk tetap dikampung halamannya dan membangun kampung halamannya tersebut.
Pada bulan September tahun 1997, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama menikah dengan Veronica Tan dan kemudian dari hasil pernikahannya tersebut ia dikaruniai tiga orang anak bernama Nicholas Sean, Nathania, Daud Albeenner.
Terjun Ke Dunia Politik, Dari Anggota DPRD Hingga Bupati Belitung Timur
Tahun 2003, ahok atau Basuki Tjahaja Purnama memilih untuk mencoba terjun ke dunia politik di Belitung Timur.
Bermodal dukungan dari masyarkat kabupaten Belitung Timur, ia kemudian mencoba untuk mendaftar sebagai calon legislatif atau anggota DRPD di Belitung Timur sebagai wakil dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) pada tahun 2004.
Mendapat dukungan suara yang banyak akhirnya Ahok berhasil terpilih sebagai anggota legislatif (DPRD) di kabupaten Belitung Timur dengan masa jabatan 2004-2009.
Tidak seperti kebanyakan anggota DPRD yang menurutnya terbiasa 'mangkir' dari jabatannya. Ahok benar-benar melaksanakan jabatan kewajibannya sebagain anggota DPRD dengan turun langsung mendengar aspirasi dari masyarakat kabupaten Belitung Timur.
Selama tujuh bulan mengumpulkan aspirasi dan dukungan dari masyarakat, akhirnya Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama mencoba untuk mendaftarkan diri sebagai calon Bupati Belitung Timur. Cara kampanye yang dilakukan oleh Ahok
terbilang sederhana.
Ia menyebarkan nomor handphonenya ke masyarakat agar dapat langsung dihubungi oleh masyarakat yang memerlukan bantuannya atau ingin di dengar aspirasinya.
Dengan cara tersebut, pada pemilihan kepala daerah Belitung Timur, secara mengejutkan Ahok berhasil keluar sebagai Bupati Belitung Timur terpilih yang berasal dari etnis Tionghoa pertama di Indonesia dengan jumah suara mencapai 37, 13 persen di periode 2005-2010.
Dibawah kepemimpinannya sebagai seorang Bupati Belitung Timur, ia merombak budaya birokrasi yang menurutnya sudah tercemari dengan kebiasaaan KKN. Salah satu tindakannya memperbaiki sistem pelayanan kesehatan, keuangan, dan pendidikan di Belitung Timur.
Semua anggaran daerah yang menurutnya terlalu boros dan tidak perlu, ia pangkas sehingga dengan begitu dapat dipakai untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di Belitung Timur.
Kesuksesannya dalam memimpin kabupaten Belitung Timur, membuat Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama mencoba untuk maju sebagai gubernur Bangka Belitung pada tahun 2007 namun dalam pilkada daerah, ia gagal dalam pemilihan tersebut.
Menjadi Anggota DPR RI hingga Gubernur DKI Jakarta
Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 2009, Ahok kemudian menjadi kader partai Golkar dan kemudian mencoba maju sebagai calon anggota DPR RI dari Belitung Timur. Ia kemudian sukses menjadi anggota DPR RI dengan dukungan suara mencapai 119.232 suara.
Terpilih menjadi anggota DPR RI, Ahok kemudian membuka menyuarakan laporan atau aspirasi dari daerahnya di Belitung Timur mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi akibat penambangan Timah. Hal ini kemudian menimbulkan perdebatan karena dianggap ia menghina pengusaha di Belitung Timur.
Pada tahun 2011, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama berniat untuk mencalokan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta melalui jalur independen dengan cara mengumpulkan KTP dari warga Jakarta namun usahanya gagal.
Peluang untuk menjadi kepala daerah di DKI Jakarta terbuka setelah partai PDI Perjuangan mengusung Jokowi sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dan Partai Gerindra mengusung Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon Wakil Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012.
Jokowi dan Ahok kemudian keluar sebagai pemenang dalam pilkada DKI Jakarta mengalahkan lawannya Fauzi Bowo dan Nahrowi Ramli dalam pilkada yang dilakukan dua putaran. Dua tahun setelahnya tepatnya pada tahun 2014, Jokowi yang maju sebagai calon Presiden republik Indonesia berhasil terpilih dan meletakkan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta dan kemudian digantikan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Ia menyebarkan nomor handphonenya ke masyarakat agar dapat langsung dihubungi oleh masyarakat yang memerlukan bantuannya atau ingin di dengar aspirasinya.
Dengan cara tersebut, pada pemilihan kepala daerah Belitung Timur, secara mengejutkan Ahok berhasil keluar sebagai Bupati Belitung Timur terpilih yang berasal dari etnis Tionghoa pertama di Indonesia dengan jumah suara mencapai 37, 13 persen di periode 2005-2010.
Dibawah kepemimpinannya sebagai seorang Bupati Belitung Timur, ia merombak budaya birokrasi yang menurutnya sudah tercemari dengan kebiasaaan KKN. Salah satu tindakannya memperbaiki sistem pelayanan kesehatan, keuangan, dan pendidikan di Belitung Timur.
Semua anggaran daerah yang menurutnya terlalu boros dan tidak perlu, ia pangkas sehingga dengan begitu dapat dipakai untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di Belitung Timur.
Kesuksesannya dalam memimpin kabupaten Belitung Timur, membuat Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama mencoba untuk maju sebagai gubernur Bangka Belitung pada tahun 2007 namun dalam pilkada daerah, ia gagal dalam pemilihan tersebut.
Menjadi Anggota DPR RI hingga Gubernur DKI Jakarta
Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 2009, Ahok kemudian menjadi kader partai Golkar dan kemudian mencoba maju sebagai calon anggota DPR RI dari Belitung Timur. Ia kemudian sukses menjadi anggota DPR RI dengan dukungan suara mencapai 119.232 suara.
Terpilih menjadi anggota DPR RI, Ahok kemudian membuka menyuarakan laporan atau aspirasi dari daerahnya di Belitung Timur mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi akibat penambangan Timah. Hal ini kemudian menimbulkan perdebatan karena dianggap ia menghina pengusaha di Belitung Timur.
Pada tahun 2011, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama berniat untuk mencalokan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta melalui jalur independen dengan cara mengumpulkan KTP dari warga Jakarta namun usahanya gagal.
Peluang untuk menjadi kepala daerah di DKI Jakarta terbuka setelah partai PDI Perjuangan mengusung Jokowi sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dan Partai Gerindra mengusung Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon Wakil Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012.
Jokowi dan Ahok kemudian keluar sebagai pemenang dalam pilkada DKI Jakarta mengalahkan lawannya Fauzi Bowo dan Nahrowi Ramli dalam pilkada yang dilakukan dua putaran. Dua tahun setelahnya tepatnya pada tahun 2014, Jokowi yang maju sebagai calon Presiden republik Indonesia berhasil terpilih dan meletakkan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta dan kemudian digantikan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama tetap melanjutkan program kerja dari gubernur sebelumnya yaitu Jokowi. Namun dibawah kepemimpinannya, Ahok melakukan terobosan, melakukan berbagai reformasi birokrasi di DKI Jakarta. Gaya kepemimpinan yang keras dan tegas serta gaya bicara yang blak-blakan membuat Ahok menjadi sangat terkenal.
Banyak dukungan dari penduduk DKI Jakarta terhadap Ahok yang berani melakukan perubahan di DKI Jakarta. Berbagai kebijakan yang dilakukan olehnya seperti relokasi warga ke rumah susun (RUSUN), Normalisasi Kali Ciliwung yang menjadi penyebab banjir Jakarta dan tata kelola transportasi di Jakarta yang sering membuat Jakarta macet.
Kebijakan Ahok ada yang mendukung ada pula yang menentangnya seperti penertiban pedagang dan penggusuran rumah warga di lahan milik Negara yang banyak ditentang oleh beberapa warga dan ormas di Jakarta. Saat ini Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kembali mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Biodata Lengkap Ahok - Basuki Tjahaja Purnama
Banyak dukungan dari penduduk DKI Jakarta terhadap Ahok yang berani melakukan perubahan di DKI Jakarta. Berbagai kebijakan yang dilakukan olehnya seperti relokasi warga ke rumah susun (RUSUN), Normalisasi Kali Ciliwung yang menjadi penyebab banjir Jakarta dan tata kelola transportasi di Jakarta yang sering membuat Jakarta macet.
Kebijakan Ahok ada yang mendukung ada pula yang menentangnya seperti penertiban pedagang dan penggusuran rumah warga di lahan milik Negara yang banyak ditentang oleh beberapa warga dan ormas di Jakarta. Saat ini Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kembali mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Biodata Lengkap Ahok - Basuki Tjahaja Purnama
Nama Lengkap : Basuki Tjahaja Purnama
- Nama Tionghoa : Ahok (Zhōng Wànxué)
- Agama : Kristen Protestan
- Tempat, Tanggal Lahir : Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966
- Orang Tua : Indra Tjahaja Purnama (Ayah), Buniarti Ningsing (Ibu)
- Orang Tua Angkat : Misribu Andi Baso Amier binti Acca
- Saudara kandung: Basuri Tjahaja Purnama, Harry Basuki, Fifi Lety
- Istri: Veronica Tan
- Anak: Nathania Purnama, Nicholas Purnama, Daud Albeenner Purnama
- Situs Pribadi: www.ahok.org
Pendidikan :
- SD Negeri III Gantung, Belitung Timur (1977)
- SMP Negeri I Gantung, Belitung Timur (1981)
- SMAK III PSKD, Jakarta (1984)
- Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral (1989),
- Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya, Jakarta (1994)
Karir dan Jabatan :
- Direktur Eksekutif Center for Democracy and Transparency (CDT 3.1)
- Direktur PT Nurindra Ekapersada (1992-2005)
- Staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan PT Simaxindo Primadaya (1994-1995)
- Membangun cikal bakal Kawasan Industri Air Kelik (1994)
- DPRD Kabupaten Belitung Timur dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru (2004-2005)
- Bupati Kabupaten Belitung Timur (2005-2006)
- DPR dari Partai Golkar (2009-2012)
- Wakil Gubernur Prov. DKI Jakarta (2012 – 19 Nov 2014)
- Gubernur Prov. DKI Jakarta (19 Nov 2014 – sekarang)
Penghargaan :
- Penghargaan 10 Tokoh yang Mengubah Indonesia dari Majalah Tempo (2006)
- Pin Emas dari Forum Demokrasi (Fordeka) (2006)
- Tokoh Antikorupsi 2006 dari Koalisi Kebersamaan Tiga Pilar Kemitraan (2007)
- Bung Hatta Anti-Corruption Award (2013)
- Gus Dur Award (2016),
Buku :
- Merubah Indonesia: the story of Basuki Tjahaja Purnama : tidak selamanya orang miskin dilupakan.
Biografi dan Profil Djarot Saiful Hidayat
Djarot Saiful Hidayat merupakan politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang kini banyak menjadi perbincangan publik terkait jabatannya sekarang sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta sejak 17 Desember 2014.
Djarot Saiful Hidayat lahir pada tanggal 06 Juli 1962, sebelum menjadi Wakil Gubernur ia merupakan anggota DPR RI periode 2014-2019. Sebelumnya Djarot Saiful Hidayat pernah menjadi Wali Kota Blitar selama dua periode yaitu sejak 3 Mei 2000 hingga 3 Agustus 2010.
Pada tahun 1999 sampai 2000 ia pernah menjabat sebagai Ketua Komisi A DPRD Jawa Timur. Djarot mempunyai tiga orang anak yang bernama Safira Prameswari Ramadina, Karunia Dwi Hapsa Paramasari, Meisa Rizki Barliana dari istrinya Dra. Hj. Heppy Farida.
Masa hidupnya sebelum berkecimpung di dunia politik Djarot Saiful Hidayat adalah seorang Dosen di Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya. Bukan hanya bertugas sebagi dosen, namun ia juga merangkap tugas sebagai Pembantu Rektor I di perguruan tinggi tersebut pada tahun 1997 sampai 1999.
Sosok yang sering disapa dengan nama Djarot itu merupakan lulusan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA ) di Universitas Brawijaya Malang dengan gelar Sarjana (S1) pada tahun 1986. Kemudian ia melanjutkan pengembaraan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada Fakultas Ilmu Politik hingga Djarot dapat memperoleh gelar Magister (S2) pada tahun 1991.
Ia lebih fokus pada penataan pedagang kaki lima (PKL) yang mendominasi perputaran roda perekonomian di Kota Blitar. Konsepnya yang telah matang dengan sepenuh usaha dilapangan, Djarot berhasil menata ribuan PKL di kompleks Alun-alun Kota Blitar yang dulunya terlihat kumuh menjadi tertata rapi.
Djarot Saiful Hidayat lahir pada tanggal 06 Juli 1962, sebelum menjadi Wakil Gubernur ia merupakan anggota DPR RI periode 2014-2019. Sebelumnya Djarot Saiful Hidayat pernah menjadi Wali Kota Blitar selama dua periode yaitu sejak 3 Mei 2000 hingga 3 Agustus 2010.
Pada tahun 1999 sampai 2000 ia pernah menjabat sebagai Ketua Komisi A DPRD Jawa Timur. Djarot mempunyai tiga orang anak yang bernama Safira Prameswari Ramadina, Karunia Dwi Hapsa Paramasari, Meisa Rizki Barliana dari istrinya Dra. Hj. Heppy Farida.
Masa hidupnya sebelum berkecimpung di dunia politik Djarot Saiful Hidayat adalah seorang Dosen di Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya. Bukan hanya bertugas sebagi dosen, namun ia juga merangkap tugas sebagai Pembantu Rektor I di perguruan tinggi tersebut pada tahun 1997 sampai 1999.
Sosok yang sering disapa dengan nama Djarot itu merupakan lulusan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA ) di Universitas Brawijaya Malang dengan gelar Sarjana (S1) pada tahun 1986. Kemudian ia melanjutkan pengembaraan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada Fakultas Ilmu Politik hingga Djarot dapat memperoleh gelar Magister (S2) pada tahun 1991.
Menjadi Wali Kota Blitar
Selama menjabat sebagai wali kota Blitar Djarot Saiful Hidayat dikenal sangat membatasi adanya kehidupan metropolitan yang serba mewah di kotanya. Misalnya seperti pendirian mall modern hingga gedung-gedung pencakar langit.Ia lebih fokus pada penataan pedagang kaki lima (PKL) yang mendominasi perputaran roda perekonomian di Kota Blitar. Konsepnya yang telah matang dengan sepenuh usaha dilapangan, Djarot berhasil menata ribuan PKL di kompleks Alun-alun Kota Blitar yang dulunya terlihat kumuh menjadi tertata rapi.
Djarot Saiful Hidayat dikenal sebagi wali kota yang sederhana, merakyat dan gemar blusukan untuk meninjau langsung lokasi yang sekiranya butuh pemantauan. Konsep yang ia terapkan ternyata berhasil mendongkrak perekonomian di Kota Blitar.
Bahkan hal unik yang sering dilakukan oleh Djarot adalah lebih sering menggunakan sepeda untuk melihat langsung kondisi lapangan. Dibawah pimpinan Djarot Saiful Hidayat, Kota Blitar berhasil mendapatkan gelar Adipura selama 3 kali berturut-turut yaitu pada tahun 2006 hingga 2008.
Atas kontribusi positifnya pada tahun 2008 Djarot mendapat kan penghargaan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah. Selain itu Djarot Saiful Hidayat juga telah mendapatkan penghargaan Terbaik Citizen's Charter Bidang Kesehatan.
Menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memilih langsung sosok Djarot Saiful Hidayat untuk mendampinginya hingga 2017 sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Djarot Saiful Hidayat dilantik sebagai wakil Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 17 Desember 2014 di Gedung Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta.
Saat ini Djarot Saiful Hidayat kembali diusung oleh partai PDI Perjuangan untuk maju kembali dalam pemilihan kepala daerah untuk tahun 2017 setelah masa jabatannya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta selesai.
Djarot Saiful Hidayat kembali maju bersama Basuki Tjahaja Purnama dalam kandidat calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2017. Meskipun dapat kita ketahui situasi saat ini bahwa telah terjadi masalah yang menimpa pasangan calonnya tersebut namun Djarot tetap optimis untuk mengajukan dirinya sebagai calon wakil gubernur.
Saat ini Djarot Saiful Hidayat kembali diusung oleh partai PDI Perjuangan untuk maju kembali dalam pemilihan kepala daerah untuk tahun 2017 setelah masa jabatannya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta selesai.
Djarot Saiful Hidayat kembali maju bersama Basuki Tjahaja Purnama dalam kandidat calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2017. Meskipun dapat kita ketahui situasi saat ini bahwa telah terjadi masalah yang menimpa pasangan calonnya tersebut namun Djarot tetap optimis untuk mengajukan dirinya sebagai calon wakil gubernur.
Sumber : biografiku.com
Iniliah Biografi Calon Pemimpin DKI Jakarta 2017-2022 yang Harus Diketahui. Sebarkan !! |
Biografi Anies Baswedan
Namanya sudah tidak asing lagi di Indonesia dan sudah sangat terkenal sebagai praktisi pendidikan serta mantan menteri pendidikan era presiden Joko Widodo. Anies Baswedan lahir dengan dengan nama lengkap Anies Rasyid Baswedan. Ia dilahirkan pada tanggal 7 Mei 1969 di Kuningan, provinsi Jawa Barat. Saat ini ia merupakan Menteri Pendidikan Nasional.
Anis Baswedan merupakan anak pertama dari pasangan Drs. Rasyid Baswedan, S.U. yang berkerja sebagai Dosen Fakultas Ekonomi di Universitas Islam Indonesia dan Prof. Dr. Aliyah Rasyid, M.Pd. yang berkerja sebagai Guru besar dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Negeri Yogyakarta), Anies Baswedan merupakan cucu dari Abdurrachman Baswedan (AR Baswedan), beliau merupakan salah seorang pejuang pergerakan nasional dan pernah menjadi Menteri Penerangan pada masa awal kemerdekaan Indonesia.
Sejak kecil Anies Baswedan telah akrab dengan dunia organisasi dan kepemimpinan. Ketika usianya baru 12 tahun, Anies membentuk kelompok anak-anak muda (7-15 tahun) kampungnya yang diberi nama 'Kelabang' (Klub Anak Berkembang), Mereka mengadakan berbagai kegiatan olahraga dan kesenian. Anies Baswedan memulai pendidikan formalnya menjelang usia lima tahun. Ia masuk ke sekolah TK Mesjid Syuhada di Kota Baru, Yogyakarta. Kemudian, memasuki usia enam tahun Anies dimasukkan ke SD Laboratori Yogyakarta. Anies melanjutkan masa SMP-nya di SMP Negeri 5 Yogyakarta.
Anies melanjutkan masa SMA-nya di SMAN 2 Yogyakarta. Ketika SMA, Anies pernah menjadi ketua OSIS se-Indonesia ketika ia mengikuti pelatihan kepemimpinan di Jakarta pada September 1985. Ia menjadi ketua untuk 300 delegasi SMA-SMA se-Indonesia. Saat itu Anies baru berada di kelas satu.
Kuliah di UGM dan Menyelesaikan Pendidikan Doktor di Amerika Serikat
Anis Baswedan merupakan anak pertama dari pasangan Drs. Rasyid Baswedan, S.U. yang berkerja sebagai Dosen Fakultas Ekonomi di Universitas Islam Indonesia dan Prof. Dr. Aliyah Rasyid, M.Pd. yang berkerja sebagai Guru besar dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Negeri Yogyakarta), Anies Baswedan merupakan cucu dari Abdurrachman Baswedan (AR Baswedan), beliau merupakan salah seorang pejuang pergerakan nasional dan pernah menjadi Menteri Penerangan pada masa awal kemerdekaan Indonesia.
Sejak kecil Anies Baswedan telah akrab dengan dunia organisasi dan kepemimpinan. Ketika usianya baru 12 tahun, Anies membentuk kelompok anak-anak muda (7-15 tahun) kampungnya yang diberi nama 'Kelabang' (Klub Anak Berkembang), Mereka mengadakan berbagai kegiatan olahraga dan kesenian. Anies Baswedan memulai pendidikan formalnya menjelang usia lima tahun. Ia masuk ke sekolah TK Mesjid Syuhada di Kota Baru, Yogyakarta. Kemudian, memasuki usia enam tahun Anies dimasukkan ke SD Laboratori Yogyakarta. Anies melanjutkan masa SMP-nya di SMP Negeri 5 Yogyakarta.
Anies melanjutkan masa SMA-nya di SMAN 2 Yogyakarta. Ketika SMA, Anies pernah menjadi ketua OSIS se-Indonesia ketika ia mengikuti pelatihan kepemimpinan di Jakarta pada September 1985. Ia menjadi ketua untuk 300 delegasi SMA-SMA se-Indonesia. Saat itu Anies baru berada di kelas satu.
Kuliah di UGM dan Menyelesaikan Pendidikan Doktor di Amerika Serikat
Anies menjalani masa SMA selama 4 tahun pada 1985-1989 karena terpilih sebagai peserta dalam program AFS. Anies mengikuti program pertukaran pelajar AFS Intercultural Programs, yang di Indonesia diselenggarakan oleh Bina Antarbudaya, selama satu tahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat (1987-1988).
Ia kemudian melanjutkan kuliahnya di Universitas Gajah Mada di Fakultas Ekonomi. Semasa kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) (1989-1995), Anies Baswedan aktif di gerakan mahasiswa seperti di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM. Sewaktu menjadi mahasiswa UGM, dia mendapatkan beasiswa Japan Airlines Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas bidang Asian Studies di Universitas Sophia di Tokyo, Jepang. Setelah lulus kuliah di UGM pada 1995, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di UGM.
Kemudian, Anies mendapatkan beasiswa Fulbright untuk pendidikan Master Bidang International Security and Economic Policy di Universitas Maryland, College Park. Sewaktu kuliah, dia dianugerahi William P. Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship, dan ASEAN Student Award.
Pada 2005, Anies menjadi peserta Gerald Maryanov Fellow di Departemen Ilmu Politik di Universitas Northern Illinois sehingga dapat menyelesaikan disertasinya tentang "Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia". Ketika berada di Amerika Serikat, Anies aktif di dunia akademik dengan menulis sejumlah artikel dan menjadi pembicara dalam berbagai konferensi. Ia banyak menulis artikel mengenai desentralisasi, demokrasi, dan politik Islam di Indonesia.
Artikel jurnalnya yang berjudul "Political Islam: Present and Future Trajectory" dimuat di Asian Survey, sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Universitas California. Sementara, artikel Indonesian Politics in 2007: The Presidency, Local Elections and The Future of Democracy diterbitkan oleh BIES, Australian National University. Sepulang ke Indonesia, Anies bekerja sebagai National Advisor bidang desentralisasi dan otonomi daerah di Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, Jakarta (2006-2007). Selain itu pernah juga menjadi peneliti utama di Lembaga Survei Indonesia (2005-2007).
Anies Baswedan Menjadi Rektor Universitas Paramadina
Ia kemudian melanjutkan kuliahnya di Universitas Gajah Mada di Fakultas Ekonomi. Semasa kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) (1989-1995), Anies Baswedan aktif di gerakan mahasiswa seperti di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM. Sewaktu menjadi mahasiswa UGM, dia mendapatkan beasiswa Japan Airlines Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas bidang Asian Studies di Universitas Sophia di Tokyo, Jepang. Setelah lulus kuliah di UGM pada 1995, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di UGM.
Kemudian, Anies mendapatkan beasiswa Fulbright untuk pendidikan Master Bidang International Security and Economic Policy di Universitas Maryland, College Park. Sewaktu kuliah, dia dianugerahi William P. Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship, dan ASEAN Student Award.
Pada 2005, Anies menjadi peserta Gerald Maryanov Fellow di Departemen Ilmu Politik di Universitas Northern Illinois sehingga dapat menyelesaikan disertasinya tentang "Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia". Ketika berada di Amerika Serikat, Anies aktif di dunia akademik dengan menulis sejumlah artikel dan menjadi pembicara dalam berbagai konferensi. Ia banyak menulis artikel mengenai desentralisasi, demokrasi, dan politik Islam di Indonesia.
Artikel jurnalnya yang berjudul "Political Islam: Present and Future Trajectory" dimuat di Asian Survey, sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Universitas California. Sementara, artikel Indonesian Politics in 2007: The Presidency, Local Elections and The Future of Democracy diterbitkan oleh BIES, Australian National University. Sepulang ke Indonesia, Anies bekerja sebagai National Advisor bidang desentralisasi dan otonomi daerah di Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, Jakarta (2006-2007). Selain itu pernah juga menjadi peneliti utama di Lembaga Survei Indonesia (2005-2007).
Anies Baswedan Menjadi Rektor Universitas Paramadina
Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan dilantik menjadi rektor Universitas Paramadina. Anies menjadi rektor menggantikan posisi yang dulu ditempati oleh cendekiawan dan intelektual Muslim, Nurcholish Madjid, yang juga merupakan pendiri universitas tersebut. Saat itu ia baru berusia 38 tahun dan menjadi rektor termuda di Indonesia. Majalah Foreign Policy memasukan Anies dalam daftar 100 Intelektual Publik Dunia.
Pada 2008, Ia merintis Program Beasiswa di Universitas Paramadina bernama Paramadina Fellowship. Program ini mengadopsi konsep yang biasa digunakan di universitas-universitas di Amerika Utara dan Eropa dengan menyematkan nama sponsor sebagai predikat penerima beasiswa. Jika mahasiswa A mendapat beasiswa dari institusi B, yang memang menjadi salah satu sponsor, di belakang nama mahasiswa dicantumkan nama sponsor, menjadi A, Paramadina, Institusi B Fellow.
Prestasi dan Penghargaan Anies Baswedan
Nama Anies Baswedan tercantum sebagai satu-satunya orang Indonesia yang masuk pada daftar yang dirilis majalah tersebut pada edisi April 2008. Anies berada pada jajaran nama-nama tokoh dunia antara lain tokoh perdamaian, Noam Chomsky, para penerima penghargaan Nobel, seperti Shirin Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus, dan Amartya Sen, serta Vaclav Havel, filsuf, negarawan, sastrawan, dan ikon demokrasi dari Ceko. Sementara, World Economic Forum, berpusat di Davos, memilih Anies sebagai salah satu Young Global Leaders (Februari 2009).
Majalah bulanan berbahasa Jepang itu menilai bahwa Anies adalah tokoh yang merupakan salah satu calon pemimpin Indonesia masa mendatang. Pada Pemilu 2009, Anies menjadi moderator dalam acara debat calon presiden 2009. Pada akhir 2009, Anies dipilih oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi anggota Tim-8 dalam kasus sangkaan pidana terhadap pimpinan KPK yaitu Bibit dan Chandra. Anies, yang bukan berlatar belakang hukum, dipilih menjadi Juru Bicara Tim-8.
Kemudian, pada April 2010, Anies Baswedan terpilih sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi majalah Foresight yang terbit di Jepang akhir April (2010). Dalam edisikhusus yang berjudul “20 Orang 20 Tahun”, Majalah Foresight menampilkan 20 tokoh yang diperkirakan skan menjadi perhatian dunia. Mereka akan berperan dalam perubahan dunia dua dekade mendatang.
Nama Anies disematkan bersama 19 tokoh dunia lain seperti Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Presiden Venezuela Hugo Chavez, Menlu Inggris David Miliband, anggota Parlemen dan Sekjen Indian National CongressIndia Rahul Gandhi, serta politisi muda Partai Republik dan anggota House of Representative AS, Paul Ryan.
Penyampaiannya yang sistematis, tenang dan obyektif dianggap turut membantu menjernihkan suasana dalam suhu politik yang agak memanas pada masa itu (Tim-8 bekerja non-stop selama 2 minggu di bulan November 2009). Anies adalah seorang muslim moderat yang sampai saat ini tetap konsisten pada pendiriannya untuk tidak memihak pada kekuatan (politik) tertentu.
Memasuki tahun 2013, Anie Baswedan resmi terjun ke dunia politik setelah lama bergelut di dunia pendidikan dan sosial. Ia kemudian menjadi peserta konvensi capres dari partai demokrat. Namun tahun 2014, Anies kemudian resmi bergabung dalam tim pemenangan Capres Jokowi - Jusuf Kalla dimana posisinya ketika itu sebagai Juru Bicara dari pasangan Capres dan Cawapres Jokowi -JK.
Menjadi Menteri Pendidikan Republik Indonesia
Kemudian setelah Jokowi - Jusuf Kalla ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia tahun 2014, Jokowi kemudian menunjuk Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketika memimpin kementrian pendidikan, Anies Baswedan kemudian merombak organisasi di lingkup kementrian pendidikan seperti Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dipisahkan, dan digabung dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Selain itu ia juga melakukan Pembenahan pada seleksi terbuka kemendikbud kemudian melakukan distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP), membuat program sekolah aman serta mengimbau para orangtua mengantar anaknya sekolah pada tahun ajaran baru. Anies juga menerapkan kurikulum pendidikan terbaru serta menyebarkan guru berkualitas di agar merata di semua wilayah serta melakukan hingga reformasi ujian nasional.
Banyak prestasi yang dibuat oleh Anies Baswedan ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan di era pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla, Anie Baswedan menjabat sebagai menteri pendidikan dari tahun 2014 hingga pertengahan tahun 2016. Setelah itu ia kemudian digantikan oleh Muhadjir Effendy.
Setelah tidak menjabat sebagai menteri pendidikan, Anies Baswedan kemudian diusung oleh partai Gerindra untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Sandiaga Uno sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta.
Anies Baswedan menikah dengan Fery Farhati Ganis, S.Psi., M.Sc. dan dikaruniai empat anak: Mutiara Annisa (sulung), Mikail Azizi (kedua), Kaisar Hakam (ketiga), dan Ismail Hakim (bungsu). Kediaman Anis Baswedan bertempat tinggal di daerah Lebak Bulus di Jakarta.
Nama Anies disematkan bersama 19 tokoh dunia lain seperti Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Presiden Venezuela Hugo Chavez, Menlu Inggris David Miliband, anggota Parlemen dan Sekjen Indian National CongressIndia Rahul Gandhi, serta politisi muda Partai Republik dan anggota House of Representative AS, Paul Ryan.
Penyampaiannya yang sistematis, tenang dan obyektif dianggap turut membantu menjernihkan suasana dalam suhu politik yang agak memanas pada masa itu (Tim-8 bekerja non-stop selama 2 minggu di bulan November 2009). Anies adalah seorang muslim moderat yang sampai saat ini tetap konsisten pada pendiriannya untuk tidak memihak pada kekuatan (politik) tertentu.
Memasuki tahun 2013, Anie Baswedan resmi terjun ke dunia politik setelah lama bergelut di dunia pendidikan dan sosial. Ia kemudian menjadi peserta konvensi capres dari partai demokrat. Namun tahun 2014, Anies kemudian resmi bergabung dalam tim pemenangan Capres Jokowi - Jusuf Kalla dimana posisinya ketika itu sebagai Juru Bicara dari pasangan Capres dan Cawapres Jokowi -JK.
Menjadi Menteri Pendidikan Republik Indonesia
Kemudian setelah Jokowi - Jusuf Kalla ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia tahun 2014, Jokowi kemudian menunjuk Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketika memimpin kementrian pendidikan, Anies Baswedan kemudian merombak organisasi di lingkup kementrian pendidikan seperti Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dipisahkan, dan digabung dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Selain itu ia juga melakukan Pembenahan pada seleksi terbuka kemendikbud kemudian melakukan distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP), membuat program sekolah aman serta mengimbau para orangtua mengantar anaknya sekolah pada tahun ajaran baru. Anies juga menerapkan kurikulum pendidikan terbaru serta menyebarkan guru berkualitas di agar merata di semua wilayah serta melakukan hingga reformasi ujian nasional.
Banyak prestasi yang dibuat oleh Anies Baswedan ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan di era pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla, Anie Baswedan menjabat sebagai menteri pendidikan dari tahun 2014 hingga pertengahan tahun 2016. Setelah itu ia kemudian digantikan oleh Muhadjir Effendy.
Setelah tidak menjabat sebagai menteri pendidikan, Anies Baswedan kemudian diusung oleh partai Gerindra untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Sandiaga Uno sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta.
Anies Baswedan menikah dengan Fery Farhati Ganis, S.Psi., M.Sc. dan dikaruniai empat anak: Mutiara Annisa (sulung), Mikail Azizi (kedua), Kaisar Hakam (ketiga), dan Ismail Hakim (bungsu). Kediaman Anis Baswedan bertempat tinggal di daerah Lebak Bulus di Jakarta.
Biografi Sandiaga Uno
Tokoh satu ini dikenal sebagai salah satu pengusaha Indonesia yang sangat sukses, beliau kerap menjadi pembicara utama di berbagai seminar-seminar kewirausahaan atau enterpreneurship. Pria yang bernama lengkap Sandiaga Salahudin Uno ini lahir di Rumbai, Pekanbaru, Riau pada tanggal 28 Juni 1969. Dia merupakan anak dari Sandiaga Kosastra. Saat ini, Total kekayaan Sandiaga Uno diperkirakan sebesar $795 juta dan termasuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia.
Mengenai kehidupannya, Sandiaga Uno merupakan orang yang cerdas, hal ini terbukti ketika ia kuliah di Wichita State University di Kansas, Amerika, ia berhasil lulus dengan predikat Summa Cum Laude. Selepas lulus dari Wichita State University, ia kemudian bekerja di Bank Summa milik William Soeryadjaya.
Karena kinerjanya yang cukup bagus di perusahaan, setahun kemudian ia menerima beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di George Washington University, Amerika Serikat. Ia menamatkan kuliahnya dengan meraih IPK sempurna 4.00 yang merupakan sebuah prestasi yang membanggakan.
Kemudian pada tahun 1993, ia bekerja di Singapura dan memilih bergabung dengan perusahaan Investasi bernama Seapower Asia Investment Limited sebagai manager Investasi. Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 1995, ia kemudian pindah ke Kanada dan bekerja di perusahaan bernama NTI Resources Ltd dengan posisi sebagai Executive Vice President NTI Resources Ltd.
Gajinya ketika itu sebesar 8.000 Dollar perbulan. Namun seperti kata pepatah "Roda Kehidupan selalu berputar". Badai krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997, mengakibatkan perusahaannya juga terkena imbasnya. Perusahaannya kemudian bangkrut dan mulai melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) termasuk pada dirinya.
Jadi Pengusaha Karena 'Kecelakaan'
Sandiaga Uno akhirnya memilih untuk kembali ke Indonesia dan memulai usaha baru. Meskipun statusnya ketika itu sebagai pengangguran. Langkah pertama yang dilakukannya ketkika di Indonesia adalah mencari pekerjaan baru tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan, lamaran pekerjaanya bahkan di tolak oleh 25 perusahaan. Pengalaman memang mengajarkan segalanya. Hal inilah yang kemudian menjadi titik balik dari seorang Sandiaga Uno, ia kemudian merubah mindsetnya dari karyawan menjadi seorang pengusaha.
Mengenai kehidupannya, Sandiaga Uno merupakan orang yang cerdas, hal ini terbukti ketika ia kuliah di Wichita State University di Kansas, Amerika, ia berhasil lulus dengan predikat Summa Cum Laude. Selepas lulus dari Wichita State University, ia kemudian bekerja di Bank Summa milik William Soeryadjaya.
Karena kinerjanya yang cukup bagus di perusahaan, setahun kemudian ia menerima beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya di George Washington University, Amerika Serikat. Ia menamatkan kuliahnya dengan meraih IPK sempurna 4.00 yang merupakan sebuah prestasi yang membanggakan.
Kemudian pada tahun 1993, ia bekerja di Singapura dan memilih bergabung dengan perusahaan Investasi bernama Seapower Asia Investment Limited sebagai manager Investasi. Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 1995, ia kemudian pindah ke Kanada dan bekerja di perusahaan bernama NTI Resources Ltd dengan posisi sebagai Executive Vice President NTI Resources Ltd.
Gajinya ketika itu sebesar 8.000 Dollar perbulan. Namun seperti kata pepatah "Roda Kehidupan selalu berputar". Badai krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997, mengakibatkan perusahaannya juga terkena imbasnya. Perusahaannya kemudian bangkrut dan mulai melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) termasuk pada dirinya.
Jadi Pengusaha Karena 'Kecelakaan'
Sandiaga Uno akhirnya memilih untuk kembali ke Indonesia dan memulai usaha baru. Meskipun statusnya ketika itu sebagai pengangguran. Langkah pertama yang dilakukannya ketkika di Indonesia adalah mencari pekerjaan baru tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan, lamaran pekerjaanya bahkan di tolak oleh 25 perusahaan. Pengalaman memang mengajarkan segalanya. Hal inilah yang kemudian menjadi titik balik dari seorang Sandiaga Uno, ia kemudian merubah mindsetnya dari karyawan menjadi seorang pengusaha.
Saya ini menjadi seorang pengusaha karena 'kecelakaan'. Sebagai seorang pengusaha yang lahir dari kecelakaan, saya tidak mendesain jadi seorang pengusaha.. ujar Sandiaga Uno.Pengalaman yang diterimanya kemudian ia coba pergunakan dengan mencoba membuat perusahaan bernama PT Recapital Advisors pada tahun 1997 yang bergerak di bidang jasa konsultan keuangan. Perusahaan tersebut ia dirikan bersama dengan teman SMA nya yang bernama Rosan Perkasa Roeslani. Namun tidak semuanya yang diharapkan selalu berjalan mulus, banyak calon klien memandang sebelah mata kemampuan dari Sandiaga Uno. Hingga akhirnya 6 bulan kemudian setelah perusahaan tersebut didirikan ada perusahaan yang akhirnya menggunakan jasanya.
Setahun kemudian tepatnya pada tahun 1998, ia bersama Edwin Soeryadjaya kemudian mendirikan perusahaan Investasi bernama PT Saratoga Investama Sedaya, berbekal jaringan (network) yang baik dengan perusahaan ataupun lembaga-lembaga keuangan yang ada didalam negeri maupun luar negeri, perusahaan yang didirikan oleh Sandiaga Uno kemudian akhirnya sukses. Perusahaan investasinya bergerak di bidang telekomunikasi, pertambangan dan produk kehutanan.
Sistem perusahaannya ialah mengumpulkan modal dari beberapa investor kemudian mengakuisisi perusahaan yang memiliki masalah keuangan kemudian memperbaiki kinerja perusahaan tersebut, setelah kinerja perusahaan tersebut sudah terlihat cukup baik, kemudian perusahaan tersebut dijual kembali tentu dengan harga yang lebih tinggi. Salah satu perusahaan yang pernah ia akuisisi adalah Bank BTPN.
Saat ini ia menjabat sebagai CEO atau pimpinan di beberapa perusahaan besar seperti Saratoga Capital, PT Tower Bersama Infrastruktur Group Tbk, PT Adaro Energy Tbk, serta di PT Recapital Advisor. Majalah Forbes memasukkkan namanya kedalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan sebesar US$ 400 juta dan berada diperingkat 29.
Perusahaan investasinya yaitu Saratoga Capital dikenal sebagai firma investasi terbesar di Indonesia yang memiliki karyawan sebesar 20 ribu orang. Namun pada tanggal 10 Juni 2015, ia resmi mengudurkan diri sebagai Direktur Utama di PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, posisinya digantikan oleh Michael Soeryadjaya yang merupakan cucu dari William Soeryadjaya, Pendiri PT Astra International.
Saat ini, Sandiaga Uno menjabat sebagai Komite Ekonomi Nasional dan bendahara Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia. Ia juga aktif sebagai pembicara utama di berbagai seminar kewirausahaan, menurutnya keberanian serta optimisme adalah kunci pembuka jalan untuk meraih kesuksesan masa depan.
Selain itu menurutnya jejaring relasi menyumbang 30 persen kesuksesan selebihnya berasal dari kerja keras dan juga menjadi kepercayaan. Saat ini Sandiaga Uno ramai menjadi perbincangan masyarakat di Jakarta ketika ia memilih terjun ke dunia politik dan maju sebagai kandidat wakil ubernur DKI Jakarta yang diusung oleh partai Gerindra bersama dengan Anies Baswedan sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.
Mengenai keluarga, Sandiaga Uno menikah dengan Nur Asia dan dikaruniai dua orang bernama Amyra Atheefa Uno dan Anneesha Atheera Uno. Beliau memiliki twitter @sandiuno Demikian Biografi Sandiaga Uno, semoga dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca.
Perusahaan investasinya yaitu Saratoga Capital dikenal sebagai firma investasi terbesar di Indonesia yang memiliki karyawan sebesar 20 ribu orang. Namun pada tanggal 10 Juni 2015, ia resmi mengudurkan diri sebagai Direktur Utama di PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, posisinya digantikan oleh Michael Soeryadjaya yang merupakan cucu dari William Soeryadjaya, Pendiri PT Astra International.
Saat ini, Sandiaga Uno menjabat sebagai Komite Ekonomi Nasional dan bendahara Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia. Ia juga aktif sebagai pembicara utama di berbagai seminar kewirausahaan, menurutnya keberanian serta optimisme adalah kunci pembuka jalan untuk meraih kesuksesan masa depan.
Selain itu menurutnya jejaring relasi menyumbang 30 persen kesuksesan selebihnya berasal dari kerja keras dan juga menjadi kepercayaan. Saat ini Sandiaga Uno ramai menjadi perbincangan masyarakat di Jakarta ketika ia memilih terjun ke dunia politik dan maju sebagai kandidat wakil ubernur DKI Jakarta yang diusung oleh partai Gerindra bersama dengan Anies Baswedan sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.
Mengenai keluarga, Sandiaga Uno menikah dengan Nur Asia dan dikaruniai dua orang bernama Amyra Atheefa Uno dan Anneesha Atheera Uno. Beliau memiliki twitter @sandiuno Demikian Biografi Sandiaga Uno, semoga dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca.
Biografi dan Profil Ahok
Tokoh satu ini dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang keras dan tegas, ia juga terkenal dengan gaya bicara yang blak-blakan ketika di wawancarai oleh wartawan atau media.
Mengenai biografi dan profil dari Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama sendiri, beliau lahir dari keluarga keturunan Tionghoa. Ia lahir pada tanggal 29 Juni 1966 di Manggar, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung.
Ayahnya bernama Nama panggilan 'Ahok' diberikan oleh Ayahnya bernama Indra Tjahaja Purnaman dan ibunya bernama Buniarti Ningsing.
Basuki Tjahaja Purnama merupakan anak sulung dari empat orang bersaudara. Ia memiliki tiga orang adik yang bernama Basuri Tjahaja Purnama, Fifi Lety, Harry Basuki.
Nama panggilan 'Ahok' diberikan oleh Ayahnya. Namun pada awalnya ayahnya memeberikan nama panggilan 'Banhok' yang artinya 'Belajar Disegala Bidang'. Namun lama-kelamaan, Basuki Tjahaja Purnama akhirnya lebih akrab disapa dengan nama panggilan Ahok.
Masa Kecil Ahok
Masa kecil Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagian besar ia habiskan di kampung halamannya di Belitung Timur desa Gantung tempat 'Laskar Pelangi' yang terkenal. Beliau bersekolah SD dan SMP di Desa Gantung, yaitu SD Negeri III Gantung, Belitung Timur dan tamat pada tahun 1977 kemudian SMP di SMP Negeri I Gantung, Belitung Timur dan selesai pada tahun 1981.
Tamat dari SMP di Belitung Timur kemudian membuat orang tua Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama memlih menyekolahkan anaknya di Jakarta. Di Jakarta, Ahok kemudian bersekolah di SMAK III PSKD, Jakarta. Ia dititipkan di rumah seorang wanita asal Bugis yang beragama Islam bernama Misribu Andi Baso Amier binti Acca.
Tamat dari SMAK III PSKD pada tahun 1984, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kemudian studinya di perguruan tinggi dengan memilih jurusan Teknik Geologi, Universitas Trisakti dan selesai pada tahun 1989.
Selesai menempuh pendidikannya di Jakarta, ia kemudian kembali ke kampung ,halamannya dan kemudian memulai usaha dengan mendirikan perusahaan bernama CV Panda yang bergerak dibidang kontraktor pertambangan untuk PT Timah yang terkenal di Belitung Timur.
Namun dua tahun Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama bergelut dalam dunia kontraktor pertambangan namun ia menyadari masih memiliki banyak kekurangan dalam merintis usahanya dan kurangnya modal serta manajemen yang baik terhadap perusahaannya.
Akhirnya ia kemudian memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya dengan mengambil program master manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta tahun 1992. Ia kemudian selesai pada tahun 1994 dengan gelar Master Bussiness Administrasi (MBA).
Mengenai biografi dan profil dari Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama sendiri, beliau lahir dari keluarga keturunan Tionghoa. Ia lahir pada tanggal 29 Juni 1966 di Manggar, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung.
Ayahnya bernama Nama panggilan 'Ahok' diberikan oleh Ayahnya bernama Indra Tjahaja Purnaman dan ibunya bernama Buniarti Ningsing.
Basuki Tjahaja Purnama merupakan anak sulung dari empat orang bersaudara. Ia memiliki tiga orang adik yang bernama Basuri Tjahaja Purnama, Fifi Lety, Harry Basuki.
Nama panggilan 'Ahok' diberikan oleh Ayahnya. Namun pada awalnya ayahnya memeberikan nama panggilan 'Banhok' yang artinya 'Belajar Disegala Bidang'. Namun lama-kelamaan, Basuki Tjahaja Purnama akhirnya lebih akrab disapa dengan nama panggilan Ahok.
Masa Kecil Ahok
Masa kecil Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagian besar ia habiskan di kampung halamannya di Belitung Timur desa Gantung tempat 'Laskar Pelangi' yang terkenal. Beliau bersekolah SD dan SMP di Desa Gantung, yaitu SD Negeri III Gantung, Belitung Timur dan tamat pada tahun 1977 kemudian SMP di SMP Negeri I Gantung, Belitung Timur dan selesai pada tahun 1981.
Tamat dari SMP di Belitung Timur kemudian membuat orang tua Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama memlih menyekolahkan anaknya di Jakarta. Di Jakarta, Ahok kemudian bersekolah di SMAK III PSKD, Jakarta. Ia dititipkan di rumah seorang wanita asal Bugis yang beragama Islam bernama Misribu Andi Baso Amier binti Acca.
Tamat dari SMAK III PSKD pada tahun 1984, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kemudian studinya di perguruan tinggi dengan memilih jurusan Teknik Geologi, Universitas Trisakti dan selesai pada tahun 1989.
Selesai menempuh pendidikannya di Jakarta, ia kemudian kembali ke kampung ,halamannya dan kemudian memulai usaha dengan mendirikan perusahaan bernama CV Panda yang bergerak dibidang kontraktor pertambangan untuk PT Timah yang terkenal di Belitung Timur.
Namun dua tahun Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama bergelut dalam dunia kontraktor pertambangan namun ia menyadari masih memiliki banyak kekurangan dalam merintis usahanya dan kurangnya modal serta manajemen yang baik terhadap perusahaannya.
Akhirnya ia kemudian memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya dengan mengambil program master manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta tahun 1992. Ia kemudian selesai pada tahun 1994 dengan gelar Master Bussiness Administrasi (MBA).
Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kemudian memilih untuk bekerja di Jakarta. Ia kemudian di terima bekerja di PT Simaxindo Primadaya di Jakarta yang bergerak dalam bidang kontraktor listrik.
Di perusahaan tersebut, ia bekerja sebagai staf direksi bagian analisa biaya dan keuangan proyek. Bekerja di Jakarta untuk mengumpulkan pengalaman sebelum kembali lagi ke kampung halamannya di Belitung Timur.
Di Jakarta, ia bekerja sampai tahun 1995 dan kemudian kembali ke kampung halamannya.
Di Belitung Timur, ia sempat mendirikan perusahaan bernama PT Nurindra Ekapersada yang kemudian pada tahun 1995 berhasil membangun sebuah pabrik pengolahan pasir bernama pabrik Gravel Pack Sand (GPS).
Pabrik pengolahan pasir milik Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama ini menggunakan teknologi dari Jerman dan Amerika pertama kali di Belitung dan harapannya pabrik tersebut menjadi cikal bakal berdirinya sebuah kawasan industri dan juga pelabuhan yang kemudian dikenal dengan nama KIAK (Kawasan Industri Air Kelik).
Namun pabrik tersebut beroperasi sangat singkat dan ditutup pada tahun 1995 karena berseberangan dengan pemerintah setempat dan juga adanya politik serta birokrasi yang korup seperti yang ditulis dalam biografi ahok di situsnya ahok.org.
Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kemudian sempat berpikir untuk memilih keluar negeri karena frustasi akan usahanya yang sering ditekan oleh pemerintah. Namun hal tersebut dicegah oleh ayahnya yaitu Indra Tjahaja Purnama. Ayahnya lebih mengajurkan Ahok untuk tetap dikampung halamannya dan membangun kampung halamannya tersebut.
Pada bulan September tahun 1997, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama menikah dengan Veronica Tan dan kemudian dari hasil pernikahannya tersebut ia dikaruniai tiga orang anak bernama Nicholas Sean, Nathania, Daud Albeenner.
Terjun Ke Dunia Politik, Dari Anggota DPRD Hingga Bupati Belitung Timur
Tahun 2003, ahok atau Basuki Tjahaja Purnama memilih untuk mencoba terjun ke dunia politik di Belitung Timur.
Bermodal dukungan dari masyarkat kabupaten Belitung Timur, ia kemudian mencoba untuk mendaftar sebagai calon legislatif atau anggota DRPD di Belitung Timur sebagai wakil dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) pada tahun 2004.
Mendapat dukungan suara yang banyak akhirnya Ahok berhasil terpilih sebagai anggota legislatif (DPRD) di kabupaten Belitung Timur dengan masa jabatan 2004-2009.
Tidak seperti kebanyakan anggota DPRD yang menurutnya terbiasa 'mangkir' dari jabatannya. Ahok benar-benar melaksanakan jabatan kewajibannya sebagain anggota DPRD dengan turun langsung mendengar aspirasi dari masyarakat kabupaten Belitung Timur.
Selama tujuh bulan mengumpulkan aspirasi dan dukungan dari masyarakat, akhirnya Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama mencoba untuk mendaftarkan diri sebagai calon Bupati Belitung Timur. Cara kampanye yang dilakukan oleh Ahok
Di perusahaan tersebut, ia bekerja sebagai staf direksi bagian analisa biaya dan keuangan proyek. Bekerja di Jakarta untuk mengumpulkan pengalaman sebelum kembali lagi ke kampung halamannya di Belitung Timur.
Di Jakarta, ia bekerja sampai tahun 1995 dan kemudian kembali ke kampung halamannya.
Di Belitung Timur, ia sempat mendirikan perusahaan bernama PT Nurindra Ekapersada yang kemudian pada tahun 1995 berhasil membangun sebuah pabrik pengolahan pasir bernama pabrik Gravel Pack Sand (GPS).
Pabrik pengolahan pasir milik Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama ini menggunakan teknologi dari Jerman dan Amerika pertama kali di Belitung dan harapannya pabrik tersebut menjadi cikal bakal berdirinya sebuah kawasan industri dan juga pelabuhan yang kemudian dikenal dengan nama KIAK (Kawasan Industri Air Kelik).
Namun pabrik tersebut beroperasi sangat singkat dan ditutup pada tahun 1995 karena berseberangan dengan pemerintah setempat dan juga adanya politik serta birokrasi yang korup seperti yang ditulis dalam biografi ahok di situsnya ahok.org.
Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kemudian sempat berpikir untuk memilih keluar negeri karena frustasi akan usahanya yang sering ditekan oleh pemerintah. Namun hal tersebut dicegah oleh ayahnya yaitu Indra Tjahaja Purnama. Ayahnya lebih mengajurkan Ahok untuk tetap dikampung halamannya dan membangun kampung halamannya tersebut.
Pada bulan September tahun 1997, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama menikah dengan Veronica Tan dan kemudian dari hasil pernikahannya tersebut ia dikaruniai tiga orang anak bernama Nicholas Sean, Nathania, Daud Albeenner.
Terjun Ke Dunia Politik, Dari Anggota DPRD Hingga Bupati Belitung Timur
Tahun 2003, ahok atau Basuki Tjahaja Purnama memilih untuk mencoba terjun ke dunia politik di Belitung Timur.
Bermodal dukungan dari masyarkat kabupaten Belitung Timur, ia kemudian mencoba untuk mendaftar sebagai calon legislatif atau anggota DRPD di Belitung Timur sebagai wakil dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) pada tahun 2004.
Mendapat dukungan suara yang banyak akhirnya Ahok berhasil terpilih sebagai anggota legislatif (DPRD) di kabupaten Belitung Timur dengan masa jabatan 2004-2009.
Tidak seperti kebanyakan anggota DPRD yang menurutnya terbiasa 'mangkir' dari jabatannya. Ahok benar-benar melaksanakan jabatan kewajibannya sebagain anggota DPRD dengan turun langsung mendengar aspirasi dari masyarakat kabupaten Belitung Timur.
Selama tujuh bulan mengumpulkan aspirasi dan dukungan dari masyarakat, akhirnya Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama mencoba untuk mendaftarkan diri sebagai calon Bupati Belitung Timur. Cara kampanye yang dilakukan oleh Ahok
terbilang sederhana.
Ia menyebarkan nomor handphonenya ke masyarakat agar dapat langsung dihubungi oleh masyarakat yang memerlukan bantuannya atau ingin di dengar aspirasinya.
Dengan cara tersebut, pada pemilihan kepala daerah Belitung Timur, secara mengejutkan Ahok berhasil keluar sebagai Bupati Belitung Timur terpilih yang berasal dari etnis Tionghoa pertama di Indonesia dengan jumah suara mencapai 37, 13 persen di periode 2005-2010.
Dibawah kepemimpinannya sebagai seorang Bupati Belitung Timur, ia merombak budaya birokrasi yang menurutnya sudah tercemari dengan kebiasaaan KKN. Salah satu tindakannya memperbaiki sistem pelayanan kesehatan, keuangan, dan pendidikan di Belitung Timur.
Semua anggaran daerah yang menurutnya terlalu boros dan tidak perlu, ia pangkas sehingga dengan begitu dapat dipakai untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di Belitung Timur.
Kesuksesannya dalam memimpin kabupaten Belitung Timur, membuat Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama mencoba untuk maju sebagai gubernur Bangka Belitung pada tahun 2007 namun dalam pilkada daerah, ia gagal dalam pemilihan tersebut.
Menjadi Anggota DPR RI hingga Gubernur DKI Jakarta
Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 2009, Ahok kemudian menjadi kader partai Golkar dan kemudian mencoba maju sebagai calon anggota DPR RI dari Belitung Timur. Ia kemudian sukses menjadi anggota DPR RI dengan dukungan suara mencapai 119.232 suara.
Terpilih menjadi anggota DPR RI, Ahok kemudian membuka menyuarakan laporan atau aspirasi dari daerahnya di Belitung Timur mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi akibat penambangan Timah. Hal ini kemudian menimbulkan perdebatan karena dianggap ia menghina pengusaha di Belitung Timur.
Pada tahun 2011, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama berniat untuk mencalokan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta melalui jalur independen dengan cara mengumpulkan KTP dari warga Jakarta namun usahanya gagal.
Peluang untuk menjadi kepala daerah di DKI Jakarta terbuka setelah partai PDI Perjuangan mengusung Jokowi sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dan Partai Gerindra mengusung Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon Wakil Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012.
Jokowi dan Ahok kemudian keluar sebagai pemenang dalam pilkada DKI Jakarta mengalahkan lawannya Fauzi Bowo dan Nahrowi Ramli dalam pilkada yang dilakukan dua putaran. Dua tahun setelahnya tepatnya pada tahun 2014, Jokowi yang maju sebagai calon Presiden republik Indonesia berhasil terpilih dan meletakkan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta dan kemudian digantikan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Ia menyebarkan nomor handphonenya ke masyarakat agar dapat langsung dihubungi oleh masyarakat yang memerlukan bantuannya atau ingin di dengar aspirasinya.
Dengan cara tersebut, pada pemilihan kepala daerah Belitung Timur, secara mengejutkan Ahok berhasil keluar sebagai Bupati Belitung Timur terpilih yang berasal dari etnis Tionghoa pertama di Indonesia dengan jumah suara mencapai 37, 13 persen di periode 2005-2010.
Dibawah kepemimpinannya sebagai seorang Bupati Belitung Timur, ia merombak budaya birokrasi yang menurutnya sudah tercemari dengan kebiasaaan KKN. Salah satu tindakannya memperbaiki sistem pelayanan kesehatan, keuangan, dan pendidikan di Belitung Timur.
Semua anggaran daerah yang menurutnya terlalu boros dan tidak perlu, ia pangkas sehingga dengan begitu dapat dipakai untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di Belitung Timur.
Kesuksesannya dalam memimpin kabupaten Belitung Timur, membuat Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama mencoba untuk maju sebagai gubernur Bangka Belitung pada tahun 2007 namun dalam pilkada daerah, ia gagal dalam pemilihan tersebut.
Menjadi Anggota DPR RI hingga Gubernur DKI Jakarta
Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 2009, Ahok kemudian menjadi kader partai Golkar dan kemudian mencoba maju sebagai calon anggota DPR RI dari Belitung Timur. Ia kemudian sukses menjadi anggota DPR RI dengan dukungan suara mencapai 119.232 suara.
Terpilih menjadi anggota DPR RI, Ahok kemudian membuka menyuarakan laporan atau aspirasi dari daerahnya di Belitung Timur mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi akibat penambangan Timah. Hal ini kemudian menimbulkan perdebatan karena dianggap ia menghina pengusaha di Belitung Timur.
Pada tahun 2011, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama berniat untuk mencalokan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta melalui jalur independen dengan cara mengumpulkan KTP dari warga Jakarta namun usahanya gagal.
Peluang untuk menjadi kepala daerah di DKI Jakarta terbuka setelah partai PDI Perjuangan mengusung Jokowi sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dan Partai Gerindra mengusung Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon Wakil Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012.
Jokowi dan Ahok kemudian keluar sebagai pemenang dalam pilkada DKI Jakarta mengalahkan lawannya Fauzi Bowo dan Nahrowi Ramli dalam pilkada yang dilakukan dua putaran. Dua tahun setelahnya tepatnya pada tahun 2014, Jokowi yang maju sebagai calon Presiden republik Indonesia berhasil terpilih dan meletakkan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta dan kemudian digantikan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama tetap melanjutkan program kerja dari gubernur sebelumnya yaitu Jokowi. Namun dibawah kepemimpinannya, Ahok melakukan terobosan, melakukan berbagai reformasi birokrasi di DKI Jakarta. Gaya kepemimpinan yang keras dan tegas serta gaya bicara yang blak-blakan membuat Ahok menjadi sangat terkenal.
Banyak dukungan dari penduduk DKI Jakarta terhadap Ahok yang berani melakukan perubahan di DKI Jakarta. Berbagai kebijakan yang dilakukan olehnya seperti relokasi warga ke rumah susun (RUSUN), Normalisasi Kali Ciliwung yang menjadi penyebab banjir Jakarta dan tata kelola transportasi di Jakarta yang sering membuat Jakarta macet.
Kebijakan Ahok ada yang mendukung ada pula yang menentangnya seperti penertiban pedagang dan penggusuran rumah warga di lahan milik Negara yang banyak ditentang oleh beberapa warga dan ormas di Jakarta. Saat ini Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kembali mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Biodata Lengkap Ahok - Basuki Tjahaja Purnama
Banyak dukungan dari penduduk DKI Jakarta terhadap Ahok yang berani melakukan perubahan di DKI Jakarta. Berbagai kebijakan yang dilakukan olehnya seperti relokasi warga ke rumah susun (RUSUN), Normalisasi Kali Ciliwung yang menjadi penyebab banjir Jakarta dan tata kelola transportasi di Jakarta yang sering membuat Jakarta macet.
Kebijakan Ahok ada yang mendukung ada pula yang menentangnya seperti penertiban pedagang dan penggusuran rumah warga di lahan milik Negara yang banyak ditentang oleh beberapa warga dan ormas di Jakarta. Saat ini Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kembali mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Biodata Lengkap Ahok - Basuki Tjahaja Purnama
Nama Lengkap : Basuki Tjahaja Purnama
- Nama Tionghoa : Ahok (Zhōng Wànxué)
- Agama : Kristen Protestan
- Tempat, Tanggal Lahir : Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966
- Orang Tua : Indra Tjahaja Purnama (Ayah), Buniarti Ningsing (Ibu)
- Orang Tua Angkat : Misribu Andi Baso Amier binti Acca
- Saudara kandung: Basuri Tjahaja Purnama, Harry Basuki, Fifi Lety
- Istri: Veronica Tan
- Anak: Nathania Purnama, Nicholas Purnama, Daud Albeenner Purnama
- Situs Pribadi: www.ahok.org
Pendidikan :
- SD Negeri III Gantung, Belitung Timur (1977)
- SMP Negeri I Gantung, Belitung Timur (1981)
- SMAK III PSKD, Jakarta (1984)
- Universitas Trisakti, Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral (1989),
- Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya, Jakarta (1994)
Karir dan Jabatan :
- Direktur Eksekutif Center for Democracy and Transparency (CDT 3.1)
- Direktur PT Nurindra Ekapersada (1992-2005)
- Staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan PT Simaxindo Primadaya (1994-1995)
- Membangun cikal bakal Kawasan Industri Air Kelik (1994)
- DPRD Kabupaten Belitung Timur dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru (2004-2005)
- Bupati Kabupaten Belitung Timur (2005-2006)
- DPR dari Partai Golkar (2009-2012)
- Wakil Gubernur Prov. DKI Jakarta (2012 – 19 Nov 2014)
- Gubernur Prov. DKI Jakarta (19 Nov 2014 – sekarang)
Penghargaan :
- Penghargaan 10 Tokoh yang Mengubah Indonesia dari Majalah Tempo (2006)
- Pin Emas dari Forum Demokrasi (Fordeka) (2006)
- Tokoh Antikorupsi 2006 dari Koalisi Kebersamaan Tiga Pilar Kemitraan (2007)
- Bung Hatta Anti-Corruption Award (2013)
- Gus Dur Award (2016),
Buku :
- Merubah Indonesia: the story of Basuki Tjahaja Purnama : tidak selamanya orang miskin dilupakan.
Biografi dan Profil Djarot Saiful Hidayat
Djarot Saiful Hidayat merupakan politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang kini banyak menjadi perbincangan publik terkait jabatannya sekarang sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta sejak 17 Desember 2014.
Djarot Saiful Hidayat lahir pada tanggal 06 Juli 1962, sebelum menjadi Wakil Gubernur ia merupakan anggota DPR RI periode 2014-2019. Sebelumnya Djarot Saiful Hidayat pernah menjadi Wali Kota Blitar selama dua periode yaitu sejak 3 Mei 2000 hingga 3 Agustus 2010.
Pada tahun 1999 sampai 2000 ia pernah menjabat sebagai Ketua Komisi A DPRD Jawa Timur. Djarot mempunyai tiga orang anak yang bernama Safira Prameswari Ramadina, Karunia Dwi Hapsa Paramasari, Meisa Rizki Barliana dari istrinya Dra. Hj. Heppy Farida.
Masa hidupnya sebelum berkecimpung di dunia politik Djarot Saiful Hidayat adalah seorang Dosen di Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya. Bukan hanya bertugas sebagi dosen, namun ia juga merangkap tugas sebagai Pembantu Rektor I di perguruan tinggi tersebut pada tahun 1997 sampai 1999.
Sosok yang sering disapa dengan nama Djarot itu merupakan lulusan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA ) di Universitas Brawijaya Malang dengan gelar Sarjana (S1) pada tahun 1986. Kemudian ia melanjutkan pengembaraan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada Fakultas Ilmu Politik hingga Djarot dapat memperoleh gelar Magister (S2) pada tahun 1991.
Ia lebih fokus pada penataan pedagang kaki lima (PKL) yang mendominasi perputaran roda perekonomian di Kota Blitar. Konsepnya yang telah matang dengan sepenuh usaha dilapangan, Djarot berhasil menata ribuan PKL di kompleks Alun-alun Kota Blitar yang dulunya terlihat kumuh menjadi tertata rapi.
Djarot Saiful Hidayat lahir pada tanggal 06 Juli 1962, sebelum menjadi Wakil Gubernur ia merupakan anggota DPR RI periode 2014-2019. Sebelumnya Djarot Saiful Hidayat pernah menjadi Wali Kota Blitar selama dua periode yaitu sejak 3 Mei 2000 hingga 3 Agustus 2010.
Pada tahun 1999 sampai 2000 ia pernah menjabat sebagai Ketua Komisi A DPRD Jawa Timur. Djarot mempunyai tiga orang anak yang bernama Safira Prameswari Ramadina, Karunia Dwi Hapsa Paramasari, Meisa Rizki Barliana dari istrinya Dra. Hj. Heppy Farida.
Masa hidupnya sebelum berkecimpung di dunia politik Djarot Saiful Hidayat adalah seorang Dosen di Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya. Bukan hanya bertugas sebagi dosen, namun ia juga merangkap tugas sebagai Pembantu Rektor I di perguruan tinggi tersebut pada tahun 1997 sampai 1999.
Sosok yang sering disapa dengan nama Djarot itu merupakan lulusan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA ) di Universitas Brawijaya Malang dengan gelar Sarjana (S1) pada tahun 1986. Kemudian ia melanjutkan pengembaraan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada Fakultas Ilmu Politik hingga Djarot dapat memperoleh gelar Magister (S2) pada tahun 1991.
Menjadi Wali Kota Blitar
Selama menjabat sebagai wali kota Blitar Djarot Saiful Hidayat dikenal sangat membatasi adanya kehidupan metropolitan yang serba mewah di kotanya. Misalnya seperti pendirian mall modern hingga gedung-gedung pencakar langit.Ia lebih fokus pada penataan pedagang kaki lima (PKL) yang mendominasi perputaran roda perekonomian di Kota Blitar. Konsepnya yang telah matang dengan sepenuh usaha dilapangan, Djarot berhasil menata ribuan PKL di kompleks Alun-alun Kota Blitar yang dulunya terlihat kumuh menjadi tertata rapi.
Djarot Saiful Hidayat dikenal sebagi wali kota yang sederhana, merakyat dan gemar blusukan untuk meninjau langsung lokasi yang sekiranya butuh pemantauan. Konsep yang ia terapkan ternyata berhasil mendongkrak perekonomian di Kota Blitar.
Bahkan hal unik yang sering dilakukan oleh Djarot adalah lebih sering menggunakan sepeda untuk melihat langsung kondisi lapangan. Dibawah pimpinan Djarot Saiful Hidayat, Kota Blitar berhasil mendapatkan gelar Adipura selama 3 kali berturut-turut yaitu pada tahun 2006 hingga 2008.
Atas kontribusi positifnya pada tahun 2008 Djarot mendapat kan penghargaan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah. Selain itu Djarot Saiful Hidayat juga telah mendapatkan penghargaan Terbaik Citizen's Charter Bidang Kesehatan.
Menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memilih langsung sosok Djarot Saiful Hidayat untuk mendampinginya hingga 2017 sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Djarot Saiful Hidayat dilantik sebagai wakil Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 17 Desember 2014 di Gedung Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta.
Saat ini Djarot Saiful Hidayat kembali diusung oleh partai PDI Perjuangan untuk maju kembali dalam pemilihan kepala daerah untuk tahun 2017 setelah masa jabatannya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta selesai.
Djarot Saiful Hidayat kembali maju bersama Basuki Tjahaja Purnama dalam kandidat calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2017. Meskipun dapat kita ketahui situasi saat ini bahwa telah terjadi masalah yang menimpa pasangan calonnya tersebut namun Djarot tetap optimis untuk mengajukan dirinya sebagai calon wakil gubernur.
Saat ini Djarot Saiful Hidayat kembali diusung oleh partai PDI Perjuangan untuk maju kembali dalam pemilihan kepala daerah untuk tahun 2017 setelah masa jabatannya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta selesai.
Djarot Saiful Hidayat kembali maju bersama Basuki Tjahaja Purnama dalam kandidat calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2017. Meskipun dapat kita ketahui situasi saat ini bahwa telah terjadi masalah yang menimpa pasangan calonnya tersebut namun Djarot tetap optimis untuk mengajukan dirinya sebagai calon wakil gubernur.
Sumber : biografiku.com
0 Komentar untuk "Iniliah Biografi Calon Pemimpin DKI Jakarta 2017-2022 yang Harus Diketahui. Sebarkan !!"